Lihat ke Halaman Asli

Pegangan Kuning di Bus Pagi Itu

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi tadi, seperti biasanya

Tak banyak hal yang kulakukan

Selain mengejar waktu

Mengabadikan segala kepenatan

Rasa kantuk yang tertahan semalaman

Aku kembali lagi menyapa mentari

Yang menatap sinis padaku

Mungkin ia iri sebab kini

Aku lebih bercahaya darinya

Kudapati bus yang akan

Membawaku ke tempat lain

Mengisi hari panjang yang membosankan

Aku duduk sekenanya

dan mentari masih membuntutiku

Tak rela rupanya bila ia tak mampu

Menyakiti mataku dengan silaunya

Maka kualihkan pandangan

Pada secarik kertas yang ku pegang erat-erat

Ku tundukkan kepala hening membaca

Tapi sia-sia, perhatianku tertarik pada pegangan kuning

Di langit-langit bus yang berhimpitan

Seakan saling bertanya kabar

Mengenang hal yang dialami bersama

Mereka bertetangga dekat

Selalu bersua sepanjang masa

Jatuh cinta di jumpa pertama

Takdir menggariskan pertemuan yang tak sengaja

Meski hanya sesekali bersentuhan

Ketika badan bus terguncang

Tapi tampaknya mereka baik-baik saja

Tak ada yang membuat mereka jenuh

dan senantiasa bersama

Suara yang mereka buat kala berpapasan

Membuatku mengingatnya

Ia yang begitu jauh dari jangkauan

Untuk sekejap, aku terluka

Ingin rasanya dekat seperti mereka

Tapi, mungkin aku justru akan lebih tersiksa

Coba lihat pegangan kuning di bus itu

Dahinya mengernyit

Memandang tajam tangan-tangan berbeda

Yang selalu menggenggam erat kekasihnya

Sementara ia terisak

dan tak punya kesempatan untuk memeluknya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline