Hallo, everyone!
Apa kabar? Tetap sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengajak kalian ke Oberbayern, Jerman untuk melihat gambaran keindahan alam yang seperti negeri dongeng; hamparan salju, pepohonan, ski dan danau! Bagi orang Indonesia ini pasti istimewa. Melihat pemandangan yang nggak bakalan ada di Indonesia yang hanya punya dua musim bukan empat seperti di Eropa (Jerman).
Chaeriyah Nur Buehrer sudah bercerita banyak tentang pengalamannya berlibur ke sana. Ia juga menerangkan bagaimana caranya menjadi perawat dari program Ausbildung atau akademi.
Ia sendiri hengkang dari Cirebon ketika berumur 18 tahun dengan tujuan menjadi Au pair Maedchen, lalu tugas sosial selama 1 tahun. Baru kemudian ia berpikir untuk mengembangkan diri sekolah asisten perawat dengan ijazah SMA yang disetarakan di Jerman. Lalu, ia melanjutkan ke akademi keperawatan selama 3 tahun.
Selama dalam masa pendidikan dan saat bekerja, ia sudah memiliki pengalaman kerja di rumah sakit atau klinik di Muenchen. Mulai dari psikiater sampai bagian operasi.
Seru juga ya, ada plus minus menjadi perawat. Katanya, plusnya jadi perawat itu profesional, ada variasi kerja, tanggung jawab yang besar, kontak dengan banyak orang dan menolong sesama. Minusnya kerja shift, ada stress yang mendera dan belum banyak apresiasi, walaupun gajinya kalau dirupiahkan banyak sekali.
Ah, ya. Bayangkan saja kerja shift, lelah dan ngantuk tapi asyiknya ada hak cuti selama 30 hari dalam setahun dan 6 hari tambahan karena shift tadi. Di Indonesia paling banter 12 hari bukan?
Untuk tahu lebih banyak tentang pengalamannya dari A-Z ia menyarankan untuk membaca buku "Banyak Cara Menuju Jerman" yang ditulis oleh admin Koteka, Gana Stegmann.
Di sana beberapa lembar menerangkan secara gamblang apa syarat Ausbildung yang ia tempuh, surat-surat yang diperlukan sampai pengalamannya menikah dengan warga negara Jerman.