Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Tuhan, Aku, dan Kehidupan

Diperbarui: 9 Juli 2019   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi diambil dari worldsciencefestival

Keberadaan, sedikit banyak membuat aku tak lagi takut pada penghakiman. Ketika banyak orang mengungkapkan, mereka pun tidak tahu kepastian, apakah penghakiman dalam bayangan mereka ketika kelak berada dalam "ada" dan ketiadaan dunia akan benar menjadi kenyataan?

Bukan aku keras pada pengertian seseorang, tapi semua tentang apa yang mereka ungkapkan sangatlah absrud. Ketika diciptakan hanya untuk disiksa karena ketidak patuhan menuruti ajaran.

Menghakimi tanpa sebab musabab. Hanya ketakutan tanpa benar-benar dihayatkan, cenderung menyalahkan, menjadi perasa yang paling benar.

Mungkin benar, dalam hidup, manusia dihadapkan pada masalah dirinya dan alam disekitarnya. Ketika semua diperlakukan baik akan menjadi baik pula disaat yang sama.

Tidak peduli pembalasan ketika dia mati, karena hukum sebab dan akibat terjadi diwaktu yang sama, tanpa kecuali, siapa pun.

Ajaran jika dihayati dan dipikir secara matang mungkin tidak ada yang salah. Tujuan semua orang adalah hidup untuk kebaikan, tetapi kualitas baik dalam pengertiannya tidaklah sama, tergantung bagaimana penafsirannya masing-masing.

Banyak dari mereka menganggap baik untuk dirinya sendiri, untuk egonya, untuk memuaskan kehendaknya. Disinilah kualitas dari seseorang dipertanyakan, sudahkah konsep kebaikan dalam pikirannya selaras dengan kebaikan menurut semestanya?

Mungkin kita dan mereka sama mengidealkan yang khayal, dan akan selalu menjadi khayal pada akhirnya. Menurut mereka yang baik adalah melakukan kebaikan yang besar, tetapi bukankah itu sesuatu yang dapat keliru juga pada akhirnya?

Bukankah seseorang yang sudah besar seperti Raja hanya melakukan hal-hal kecil dalam rasanya, tidak mau melihat ketidak adil-an yang terjadi di dalam negaranya sendiri?

Dari masing-masing kita memang harus peduli pada apa yang menjadi tanggung jawab kita. Setiap orang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, itulah bagian kebaikan yang besar tersebut.

Hidup tidak mengandalkan orang lain, bergantung kepada orang lain, juga merepotkan orang lain. Ketika mereka melupakan kontemplasi yang terucap. Doa yang menyadarkan dirinya, harapannya, pada kebaikannya, mereka hilang bagikan terasing dirinya sendiri karena ketergantungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline