Lihat ke Halaman Asli

Mas

yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal

Apakah Sudah Saatnya Anda Menyerah di Media Sosial?

Diperbarui: 9 Januari 2022   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(SHUTTERSTOCK)

Media sosial apa yang Anda gunakan? Apakah Anda memiliki akun di Instagram, Twitter, Facebook, atau TikTok? Apakah Anda memposting banyak konten Anda sendiri? Apakah Anda memposting ulang konten orang lain? Atau, apakah Anda lebih suka hanya mengamati apa yang dilakukan teman, influencer, atau selebritas? Berapa banyak waktu dan energi yang Anda curahkan untuk apa yang Anda posting dan bagaimana Anda mengatur media sosial Anda? Apakah penting bagi Anda bahwa pengikut Anda menyukai, memposting ulang, atau mengomentari konten Anda?

Seperti apa hubungan Anda dengan media sosial? Platform mana yang paling sering Anda gunakan? Yang mana yang Anda jauhi? Seberapa sering Anda masuk?

Apakah Anda muak dengan media sosial? 

Sekali waktu, media sosial memiliki begitu banyak janji. Temukan orang yang berpikiran sama dengan hobi esoteris Anda! Dan bagi kita yang bekerja dari rumah, itu memberi kita ruang untuk bersosialisasi dengan manusia lain.

Tapi tak lama kemudian berubah menjadi sesuatu yang lain. Sekarang Anda berhubungan dengan semua orang yang pernah Anda temui, meskipun itu hanya sekilas. Anda akan jauh lebih baik kepada semua orang dalam hidup Anda jika Anda tahu pada akhirnya mereka semua akan kembali.

Di akhir dekade 2000-an, gema Facebook dan Twitter kian mengglobal. Merujuk Statista, bahkan sebelum dekade 2010-an dimulai, Facebook telah memiliki 360 juta pengguna di seluruh dunia. Sementara Twitter "hanya" berada di angka 30 juta pengguna aktif. Jika jumlah pengguna dianalogikan sebagai negara, Facebook sudah serupa Amerika Serikat. Sementara Twitter sudah sebesar Malaysia.

Di Guatemala, misalnya, Ofelia, Avilio, dan Elsira Funez Velasquez dapat berkumpul kembali melalui Facebook selepas perang sipil yang berlangsung antara 1960-1996 memisahkan mereka. Anais Bordier dan Samantha Futerman pun serupa. Adik-kakak ini dipertemukan kembali berkat Facebook selepas tak berjumpa sejak lahir.

Di ranah bisnis, kehadiran media sosial sukses menciptakan rantai bisnis lain yang menopangnya. Sebut saja Zynga, perusahaan pencipta game web, yang melahirkan FarmVille, Zynga Poker, hingga CSR Racing untuk para pengguna Facebook. Skema bisnis parasit ini sukses membuat Zynga menggaet uang senilai $1 miliar tatkala mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO). 

Di lain sisi, Twitter yang lebih banyak diisi aktivis, buzzer, dan politisi caper, menghentak dengan caranya sendiri. Hentakannya bukan soal akun @POTUS atau @Pontifex. Melainkan, sebagaimana disebut Peter Vermeij dalam artikelnya di jurnal Journalism Practice (Vol. 6, 2012) berjudul “Twitter Links Between Politicans and Journalists”, Twitter merupakan media sosial dengan perspektif sebagai penyebar informasi. 

Alasannya, ia menulis: “adalah kenyataan bahwa setengah dari trending topics Twitter diangkut oleh CNN menjadi headline.”

Di awal dekade 2010-an, Twitter bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari fenomena alam politik bernama “musim semi Arab”. Kala itu, The Guardian melaporkan terjadi lonjakan Tweet yang sangat besar bersumber dari warga Mesir yang menginginkan pemimpinnya mundur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline