Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

Takjil War, Perang Baju Lebaran, dan Sikap Umat Islam

Diperbarui: 31 Maret 2024   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana masyarakat berburu takjil di bulan Ramadan (Sumber : UMS Surakarta via rri.co.id)

"Ramadan tahun ini seru. Toleransi dijunjung tinggi melalui pertakjilan dan lain-lain," tulis netizen di kolom komentar salah satu jejaring sosial.

Setali tiga uang dengan pernyataan di atas, adapun topik berita utama beberapa media massa elektronik bertajuk sama dalam satu pekan ini yaitu tentang viralnya aktivitas non muslim mengikuti war takjil hingga baju lebaran.

Pemberian istilah yang unik menjadikan fenomena ini semakin tersebar di media sosial dengan berbagai pemberitaan unik dan menarik. Begitu pun di ranah faktual, fenomena tersebut juga menjadi perbincangan hangat hingga kini. Hal demikianlah yang memberikan warna tersendiri pada Ramadan tahun ini.

Menariknya, bahkan salah satu pemuka agama non Islam membuat sebuah gerakan memborong menu berbuka (war takjil) sebagai bentuk toleransi antarpemeluk agama. Tindakan demikian pun banyak mendatangkan dukungan positif sebagian besar warganet yang menghiasi postingan di berbagai media sosial.

Merujuk pada fenomena takjil war dan perang baju lebaran sebagai bentuk toleransi, maka ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian mengingat aktivitas ini kembali pada tujuan permulaan.

Pertama, bertujuan untuk melarisi para pedagang terutama pegiat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti pedagang takjil makanan dan minuman, toko baju muslim, pengrajin songkok atau peci, dan sebagainya.

Pedagang merasa diuntungkan dengan fenomena tersebut. Pasalnya, mereka bukan sekadar membeli melainkan memborongnya. Sehingga gerakan tersebut patut diapresiasi karena mereka berhasil membahagiakan hati para pedagang. Lebih tepatnya bisa diungkapkan manisnya cuan bagi para pedagang yang melebur sekat agama.

Kedua, bertujuan untuk berbagi. Berbagi hadiah adalah simbol cinta. Demikian pun tertuang pada aktivitas yang fenomenal tersebut. Atas dasar toleransi dan rasa kemanusiaan, mereka membagikan sebagian atau bahkan semua takjil yang diborong untuk para muslim yang sedang menanti waktu berbuka.

Sungguh kenampakan yang adem, selain meningkatkan perputaran roda perekonomian para pedagang, gerakan "perang" ini bertujuan untuk saling berbagi sesama manusia.

Ketiga, sebagai konten inspiratif. Ketertarikan non muslim terhadap takjil atau baju lebaran sebenarnya sudah ada sejak dulu. Semenjak di era digital, barulah menjadi tren karena viral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline