Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Taqwim

Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Jika Aku Mati Saat Menulis Sastra

Diperbarui: 13 Juni 2023   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri 

Jika langit masih berputar pada sebuah hati
Jangan ada keraguan sedikitpun
Saat menggores sastra di tanah yang kering maupun di tanah yang basah
Jika tinta sudah habis untuk menulis sastra
Darah ini mengalir sebagai tinta di setiap detak nafas sastra menggema
Menuju celah-celah jiwa yang sepi dan sunyi

Jika aku mati saat menulis sastra
Kain kafan akan menjadi teman sejati jiwaku
Akan disaksikan gemuruh angin dan ombak
Menjadi jalan seorang penggores bahasa dan kata
Biarpun langit runtuh sekalipun
Sastra harus tegak berdiri
Walaupun air mata dan darah
Menusuk di setiap celah jiwa para penyair
Karena sastra adalah suara jiwa
Jiwa yang haus akan sebuah penantian tentang sebuah harapan
Walaupun harus menyeberangi lautan aksara air mata
Walaupun menyeberangi aliran sungai darah
Walaupun harus menyeberangi samudra jiwa-jiwa yang terkapar
Sastra akan tetap begerak menuju zaman yang terus berubah sepanjang waktu

Langit bergetar saat sastra ditulis
Udara dan nafas menyaksikan
Saat kata dan aksara menjadi sebuah sastra
Menuju celah-celah yang sepi dan sunyi
Karena sastra menjadi ruh perubahan
Walaupun tak jarang sastra
Menjadi kesedihan
Hingga air mata jatuh di tanah-tanah puisi dan sajak

Jika aku mati saat menulis sastra
Sambut tanganku dengan bahasa dan kata sastra
Jiwa dan hati yang terus menggores sastra
Kini harus menutup usia
Karena Tuhan telah mengambil keadaan
Karena Tuhan Sang maha berkehendak
Aku hanya mengikuti titah takdir Tuhan
Karena Dia Sang maha pemilik ketetapan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline