Lihat ke Halaman Asli

Nasi Gandhul: Dari Warisan Kuliner Pati ke Pahlawan Gizi Sekolah

Diperbarui: 2 Oktober 2025   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nasi gandhul. asset_pikiran_rakyat_com

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah bukan sekadar kebijakan pemenuhan gizi, melainkan momentum strategis untuk mengangkat pangan lokal sebagai pilar ketahanan nasional. Sebagaimana ditekankan Dr. Tan Shot Yen dalam audiensi dengan DPR, "80% isi menu MBG sebaiknya berasal dari pangan lokal khas daerah. Saya ingin anak Papua makan ikan kuah asam. Saya ingin anak Sulawesi makan kapurung."

Lalu, apa yang dapat diusung oleh Pati, kabupaten agraris di pesisir utara Jawa Tengah, untuk menjawab seruan ini? Jawabannya terletak pada warisan kuliner yang telah mengakar: Nasi Gandhul.

Pati: Lumbung Pangan yang Menanti Sentuhan Kebijakan

Secara potensi, Pati bagaikan miniatur ketahanan pangan nasional. Data BPS Jawa Tengah (2024) mencatat luas panen padi Pati mencapai 96.537 hektar dengan produktivitas 6,21 ton gabah kering giling per hektar. Didukung oleh komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, dan ketela, basis karbohidrat daerah ini sangat kokoh. Sektor protein juga tak kalah kuat, dengan populasi ayam pedaging (>15 juta ekor/tahun), ayam petelur, kambing, serta hasil laut seperti bandeng dan ikan tangkapan lain dari perairan Jawa.

Namun, potensi ini seringkali kalah bersaing dengan narasi pangan modern. Anak-anak lebih akrab dengan burger dan nugget ketimbang tempe mendoan atau gadon jagung. Padahal, dalam perspektif ekologi pangan (Suhardjo, 2012), pangan lokal bukan hanya penyedia energi, tetapi juga penopang keberlanjutan sosial, budaya, dan ekonomi daerah.

Nasi Gandhul: Menu Lokal Berstandar Gizi Nasional

Nasi gandhul---nasi putih yang disajikan dengan kuah santan kental berbumbu rempah lengkap dan daging sapi atau ayam---lebih dari sekadar hidangan lezat. Ia adalah paket gizi seimbang yang siap dioptimalkan.

Berdasarkan analisis proksimat yang dirujuk dari Data Komposisi Pangan Indonesia, satu porsi nasi gandhul (300 gram) dapat memenuhi:

  • Energi: 450-550 kkal (sekitar 25% kebutuhan anak sekolah sehari)
  • Protein: 18-25 gram (dari daging dan telur, setara dengan 40-50% kebutuhan)
  • Karbohidrat: 60-70 gram
  • Lemak: 15-20 gram (dapat dioptimalkan dengan modifikasi santan)

Kandungan serat, vitamin, dan mineral dapat ditingkatkan dengan penambahan sayuran seperti wortel, buncis, dan daun salam koja dalam kuah. Sejumlah studi, termasuk penelitian intervensi berbasis pangan lokal oleh Rospita (2019), membuktikan bahwa konsumsi pangan tradisional yang kaya rempah selama 30 hari mampu meningkatkan status gizi dan imunitas balita secara signifikan.

Keunggulan terbesarnya adalah faktor penerimaan. Nasi gandhul sudah menjadi bagian dari memori kuliner anak-anak Pati, sehingga minim penolakan dan tidak memerlukan masa adaptasi yang panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline