Lihat ke Halaman Asli

Tahta [1]

Diperbarui: 4 September 2025   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ide ilustrasi by kam

Pada suatu malam yang lengang, Ratu Subokartiko duduk termenung di balairung Keraton Bantarangin. Kegelisahan merayapi hatinya setelah bermimpi aneh: seekor burung kepodang tiba-tiba diangkat menjadi raja. Ia pun memanggil Patih Condrolayu untuk meminta tafsir.

Patih Condrolayu, seorang abdi cerdas dan berwibawa, menafsirkan mimpi itu sebagai pertanda datangnya jodoh yang agung bagi sang Ratu, seorang pria mulia yang letaknya tidak jauh dari keraton. Kata-kata itu sejenak membuat hati Ratu Subokartiko tenteram.

Namun, belum lama kabar baik itu mengendap, datanglah kabar mengejutkan. Raja Panglamar mendadak tiba di istana, membawa niat untuk meminang. Kehadirannya membuat keraton geger. Diam-diam, Patih Condrolayu menaruh iri. Ia sendiri menyimpan rasa pada Ratu, dan tak rela bila orang lain merebutnya. Dengan dalih menjaga martabat, ia meminta Raja Panglamar pergi.

Konflik pun memanas. Di padang luas luar keraton, Patih Condrolayu menantang Raja Panglamar berperang tanding. Pedang terhunus, sorot mata menyala, namun sebelum darah tertumpah, Ratu Subokartiko datang. Ia menghentikan pertarungan dengan suara lantang:

"Siapa pun yang bisa memetik buah jambe di puncak Gunung Penanggungan, dialah pria sejati yang pantas mendampingiku."

Sayembara itu disambut para kesatria. Patih Condrolayu pun mendaftarkan diri.

Sementara itu, jauh dari kemegahan keraton, nasib seorang pemuda bernama Handono sangat berbeda. Putra Patih Bodropati ini menderita penyakit borok, hidup dalam kesedihan dan terbuang. Pangeran Puspito, sahabat setianya, mencoba menghiburnya. Tetapi Pangeran Joyonegoro merasa jijik dan melapor pada istana. Handono pun diusir.

Hatanya hancur. Di tepi Sungai Brantas ia menatap arus deras, nyaris putus asa. Lebih tragis lagi, ayahnya sendiri berniat membunuhnya demi menjaga martabat. Namun sebelum niat kelam itu terwujud, sesuatu yang tak terduga terjadi. Seekor naga raksasa muncul dari dalam sungai, melilit tubuh Handono, dan dalam sekejap menelannya bulat-bulat.

Apakah ini akhir riwayatnya? Ataukah justru awal dari takdir besar yang tak pernah ia bayangkan?

---Bersambung ke Bagian 2---

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline