Lihat ke Halaman Asli

Terhipnotis Saat Belanja

Diperbarui: 4 Mei 2020   00:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikutip laman money.kompas.com bertajuk,

Dari laman republika.co.id bertajuk, "Alasan Ilmiah di Balik Fenomena Kalap Belanja," menjelaskna bahwa fenomena ini dikenal dengan "Efek Target" atau hasil dari pergi ke toko -- berniat untuk membeli barang-barang dan pergi dengan lebih banyak barang lagi. Ini fakta.

Laporan Refinery29 menyatakan, fenomena kalap belanja bukan hanya istilah slang atau tagar Instagram. Profesor pemasaran di New Yor University Tom Meyvis mengatakan, toko serba ada di Walmart dan Target memiliki inventaris yang sangat besar.

Karena sesungguhnya mereka mampu menempatkan produk secara strategis mengelabui otak manusia untuk asosiasi lintas kategori. Jadi, ini merupakan bisnis yang dirancang secara matang dalam bentuk toko serba ada, dikenal TOSERBA.

Psikolog berbasis di Kentucky Dr Kevin Chapman mengatakan, bahwa para pembelanja saat datang ke swalayan atau toko serba ada terhipnotis dengan estetika dan gaya toko yang bahagia. Membuat mereka lupa target awal catatan belanja, sehingga mengeluarkan dompet dan mengambil lebih banyak produk.

Cara lainnya yang dijelaskan oleh Chapman adalah dengan menawarkan produk diskon dan biasanya diletakkan di depan toko dekat kasir. Akhirnya, gagasan pelanggan terpikat untuk membuang kerangjang di waktu terkahir, padahal sebenaranya tidak membutuhkannya.

Hal ini disebut dengan strategi pemasaran bernama "Harga Psikologis." Sudah menjadi cara umum bagi toko serba ada saat ini, terutama pemain harga yang tidak genap seperi Rp 2.999 ketimbang langsung menulis Rp 3.000.

Sedangkan dari laman cnnindonesia.com, memberikan 7 trik rahasia fenomena kalap belanja diantarnya; troli besar, tanda sale, skema warna, tata letak Mal, diletakkan setinggi mata, music slow, dan 999 bukan tanpa alasan. Baca selengkapnya dalam tajuk, "7 Trik Rahasia Mal untuk Buat Anda Kalap Belanja." (source: cnnindonesia.com)

Dari laman money.kompas.com memberikan cara atas fenomena ini yaitu, buat daftar belanja, pilih ukuran kerangjang yang tepat, belanja sendiri, cek rak terbawah dan teratas, beli bahan mentah ketimbang bahan jadi, jadilah memburu diskon, belanja lewat aplikasi ritel, gunakan kupon dikson belanja, dan beli barang dengan merk nama swalayan. Baca selengkapnya dalam tajuk, "Cara Berhemat dan Tak Kalap Saat Belanja di Supermarket." (source: money.kompas.com)

Fakta di atas seharusnya menjadi catatan penting agar tidak kalap dalam berbelanja. Karena secara tidak langsung, kita boros dalam membeli barang-barang yang hakikatnya tidak begitu dibutuhkan.

Di masa pandemi ini, menjadikan banyak orang tertuntut agar tidak kalap dalam belanja. Lebih memprioritaskan kebutuhan primer daripada skunder. Lebih mengalihkan kebutuhkan harian, ketimbang kebutuhan diskon menggiurkan. Terima kasih Covid-19.

Kalau aku sederhanakan fenomena ini dengan kebiasaan dan gaya hidup. Artinya, biasakan diri kita sesederhana mungkin, tidak termakan oleh gengsi dan gaya hidup yang tinggi. Coba merubah gaya hidup membeli sesuatu yang dibutuhkan bukan yang diinginkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline