Lihat ke Halaman Asli

Pembaruan: Setelah Memutuskan Berpindah

Diperbarui: 13 Desember 2021   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Tiga bulan yang lalu. Malam itu, ia perdana bagikan cerita kepada seorang psikolog "profesional" sambil memperbarui skala kondisi pikiran, perasaan, dan fisik. Membawanya pada sebuah ritual akhir tahun—yang ia klaim bernama "meteran emosi". Ia juga sering menanggapi cerita, seorang teman lama ketika masih satu penampungan melalui sambungan telepon. 

Ada perkembangan yang cukup signifikan. Ia tidak lagi menyertai tangisan dan menganggap idealismenya keliru selama ini. Percakapan malam itu, sepenuhnya menokok rasa syukur.

Dalam suatu kondisi buruk dan merasa arkais. Menyusup sebuah hikmah bak labirin, yang sudahnya dimaknai. Ia mulai menata peristiwa menyenangkan (saja) selama hampir dua bulan berada di rumah, kala itu. 

Sebagai mantan pengelana, berdiam di rumah adalah minor bencana. Untungnya kondisi pandemi mendukung, untuk ia melakukannya. Itulah sebab lagu Where is the love? milik Black Eyed Peas selalu diputar dalam ruangan 3x3 bercat kuning muda. Meskipun sesekali diganggu iklan, karena ia tidak berlangganan pemutar musik premium.

Tiga bulan lalu usai kehilangan pekerjaan. Ia memutuskan menjadi pekerja harian lepas, setengah harinya tetap dihabiskan untuk mengoperasikan laptop dan telepon pintar. Namun, ada rutinitas yang akhirnya bisa dilakukan lebih sering dari biasanya. Ia mencuci pakaian dengan cara tradisional karena mesin cucinya rusak. 

Ia sangat bahagia saat mencium pengharum pakaian dan mengetahui cuciannya kering--padahal, dulu ia sangat hobi mengontak binatu seminggu sekali. Terlampau yakin, finansialnya akan selalu dalam kondisi yang aman. 

Saat sore, ia lanjutkan mencuci perabotan kotor dan membersihkan lantai dengan pengharum lavender. Setelah selesai, ia langsung duduk di ruang tamu sambil menyalakan kipas agar aroma pengharum apel yang menggantung dalam kemasan, memutar dengan sempurna menyejukan tubuhnya.

Ia juga jadi punya banyak waktu untuk berbincang dengan ibu dan adiknya. Walaupun perbincangan diawali karena antena TV yang tidak betul posisinya atau saling menyalahkan jika token listrik sudah berbunyi. Citayam--membuat mereka menjadi sering makan malam bersama dengan lauk sederhana. 

Seperti sebuah ayam geprek yang dibagi menjadi tiga. Supaya lebih banyak, ia berinisiatif memasak mie instan dan mencampurnya dengan telur. Kemudian ibunya beranjak menuju dapur, untuk menaburkan irisan cabai rawit ke dalam kocokan telur--"Biar lebih sedap", sahutnya.

Malam hari, ia sempatkan menonton beberapa film atau video pendek. Selagi kuota bulanan masih bisa dimanfaatkan. Atau, ia menghadiri webinar yang dulu sempat terlewatkan. Hari-harinya, mungkin masih stagnan dalam beberapa periode ke depan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline