Lihat ke Halaman Asli

Adinda Salsabila

Mahasiswa Universitas Jember

Sikapi Krisis Pupuk di Desa Bandilan, Kelompok 02 KKN Unej Lakukan Uji Coba Produk Pupuk Organik

Diperbarui: 22 Januari 2024   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa Kelompok 02 KKN UNEJ, lakukan uji coba produk pupuk organik di Dusun Krajan, Desa Bandilan, Kecamatan Prajekan, Bondowoso (19/01/24)./dok. pri

Mahasiswa Kelompok 02 KKN UNEJ Bersama Petani, lakukan upaya uji coba produk pupuk organik di Dusun Krajan, Desa Bandilan, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso, Jumat (19/01/2024) Pagi.

Kegiatan uji coba produk pupuk ini merupakan langkah realisasi lanjutan dari mahasiswa Kelompok 02 KKN Unej dalam upaya mengatasi kendala krisis pupuk dan meningkatkan produktivitas di sektor pertanian Desa Bandilan.

Uji coba produk pupuk dilakukan di kebun pribadi milik salah satu petani Desa Bandilan, dengan objek percobaan tanaman kacang panjang dan sawi. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk padat organik dari dedaunan kering dan katul, sebanyak 3kg dan diaplikasikan ke lahan 5x5 luasan 25 meter persegi.

“Ini kami nyoba ke (tanaman) kacang panjang dulu. Rencananya sawi juga, tapi ini masih dibibit. Setelah kami uji coba, nantinya akan kami pantau terus bagaimana perkembangannya. Kami harap, ada perkembangan dan hasil yang baik.” Ujar Edi, mahasiswa Kelompok 02 KKN Unej selaku penanggung jawab program pupuk.

Proses pemupukan ini sendiri akan memakan waktu paling cepat sekitar 10 hari dan hasilnya baru bisa dilihat seminggu setelah pupuk diberikan.

Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa Kelompok 02 KKN Unej membuat tiga percobaan produk pupuk, yaitu pupuk padat organik dari dedaunan kering dan dua pupuk cair organik dari limbah cair tahu dan air cucian beras. Bahan pupuk yang digunakan adalah bahan-bahan yang mudah ditemukan dan melimpah di Desa Bandilan. Stok dedaunan kering dapat dikumpulkan dari kebun warga dan limbah cair tahu dapat didapatkan dari pabrik tahu rumahan di sana.

“Sebetulnya, kami mau sekalian mencoba penggunaan pupuk cair organik dari limbah tahu dan satu lagi dari air cucian beras, tapi belum bisa karena masih belum jadi. Mungkin harus menunggu beberapa saat lagi sampai siap digunakan. Agak disayangkan sih, tapi alhamdulillah yang pupuk padat sudah selesai sehingga sudah bisa masuk ke tahap uji coba meskipun mungkin masih harus disempurnakan lagi nantinya.” Lanjutnya.

Limbah tahu sendiri memiliki kandungan unsur hara yang sangat baik untuk kesuburan tanaman. Persentase zat organik paling besar adalah protein sebesar 40-60%, karbohidrat sebesar 20-50%, dan lemak sebesar 10% (Rasmito et al., 2019). Kandungan itulah yang kemudian dapat memenuhi kebutuhan unsur hara P,N,K pada tanaman.

Selain itu, penggunaan pupuk organik juga dapat memberikan dampak baik secara jangka panjang pada kesuburan tanah dan kualitas lahan dibandingkan pupuk kimia.

Bapak Mulyono, selaku pemilik lahan yang digunakan sebagai uji coba juga memberikan tanggapan positif terhadap kegiatan ini. “Saya senang adik-adik bisa berinovasi seperti ini, semoga hasilnya memuaskan dan dapat menjadi solusi dari krisis pupuk yang kami alami. Mau pakai pupuk kimia, mahal.” Ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline