Keberagaman di FISIP UPNVJ

Sejujurnya, untuk menjalani PKKMB FISIP saya antara sanggup atau tidak, bukan karena tidak suka atau malas tapi secara fisik saya sudah sangat kelelahan setelah melewati PATRIBERA. Lutut saya bengkak, kaki betis saya keras seperti batu dan demam. Tapi untungnya, lokasi PKKMB FISIP tidak terlalu jauh jadi saya bisa tidur lebih lama untuk istirahat. Selama menjalani juga saya sangat amat senang karena berkenalan dengan banyak sekali teman, dari beda prodi, beda asal sekolah, beda pula asal daerahnya. Kadang juga bertemu teman dari teman saya. Selama PKKMB FISIP saya selalu bersama satu teman, yang menjadi semakin dekat, dan suprisingly kita punya banyak sekali kesamaan. Selera musik, selera makanan, selera tontonan, bahkan hal yang ada di otak kita pun tak jarang sama. Ini sungguh kebetulan. Tapi, saya juga berkenalan dengan teman lain, dari daerah yang berbeda, walaupun hanya berjarak dari Kelapa dua ke Jatinegara, tapi Depok dan Jakarta Timur sudah berbeda provinsi bukannya? 

Saya juga mengenal mahasiswa lain yang berbeda kelompok, namun satu prodi dengan saya. Rumahnya jauh sekali, di Bukittinggi, di Sumatera. Sejujurnya ini kali pertama saya bertemu orang khas yang dari luar jawa, bukan merantau sedari lahir tapi benar-benar merantau. Logat bahasanya sangat unik untuk didengar, beberapa kali saya keceplosan menggunakan logat yang sama, bukan sebagai ejekan, tapi saya ikut nyaman menggunakannya. Tidak hanya mengenal lewat sesama prodi atau kelompok, bahkan saya juga berkenalan dengan seseorang yang saya kenal saat sedang mengantri di kamar mandi, sesama ilmu politik, namun sayangnya beda kelas.

Tapi karena kami semua, saya dan teman-teman yang lain memiliki perbedaan, saya jadi merasa kami semakin erat. Saya dengan teman saya yang berbeda domisili jadi saling mengejek, tapi bukannya merendahkan tapi malah menjadi sebuah hubungan pertemanan. Saling sapa, saling mengobrol, dan mau menjadi partner. Selain itu, perbedaan kelas, prodi dan lainnya malah membuat kita jadi memiliki teman dimana-mana. Lalu, jika itu adalah perbedaan lain seperti agama dan lainnya, justru tidak akan terasa apa-apa. Jika akan cukup saling menghargai karena pertemanan yang dijalin adalah untuk saling support satu sama lain dan juga menjalin relasi yang nantinya juga akan kita bawa dan jaga sampai setelah lulus. 

Selain itu, menjaga keberagaman kampus sangatlah penting karena keberagaman adalah salah satu ciri khas dari Indonesia itu sendiri, keberagaman bukanlah tantangan namun anugerah dan juga keunikan dari masing-masing. Negara kita yang terdiri atas banyak sekali keberagaman bisa hancur hanya dengan satu kalimat adu domba dan membuat semua orang memanas hingga jatuhlah pada kehancuran. Maka dari itu, ada baiknya apabila kita menjaga keberagaman itu mulai dari lingkup kecil, yaitu pertemanan dan juga lingkungan kampus kita. Mulai dari terbuka dan menerima perbedaan yang ada pada teman sekelas atau satu FISIP lalu mulai berkembang menjadi satu Universitas dan seterusnya. Menjaga keberagaman tidak hanya mempertahankan negara ini untuk tetap menjadi negara persatuan dan kesatuan, akan tetapi juga menghargai individu lain. Kita tidak tahu apakah selain kita, mereka dikucilkan akan perbedaan diantara mayoritas atau malah diabaikan, maka sebab itu, menghargai sesama manusia, menjalin hubungan baik dengan semua individu serta menjaga kesatuan dan persatuan negara penting, apalagi kita adalah mahasiswa/i FISIP. Kita harus jadi garda terdepan untuk memberi contoh.