Lihat ke Halaman Asli

Melampaui Tabu Seksual: Membongkar Fenomena Hubungan Seksual Pra Nikah di Kalangan Pelajar di Indonesia

Diperbarui: 26 Maret 2023   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hubungan seksual pra nikah di kalangan pelajar di Indonesia masih menjadi isu yang sering diperbincangkan. Fenomena ini memang cukup mengkhawatirkan, seperti hasil survei yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa sekitar 22,5% pelajar SMA di Jakarta pernah melakukan hubungan seksual. Fenomena ini dapat menjadi penyebab dari berbagai masalah sosial, seperti penyebaran penyakit menular seksual, kehamilan tidak diinginkan, dan dampak psikologis pada pelajar.

Beberapa faktor dapat menjadi penyebab fenomena hubungan seksual pra nikah di kalangan pelajar di Indonesia. Pertama, kurangnya pendidikan seksual. Menurut laporan dari UNESCO (2018), sekitar 1 dari 3 remaja di seluruh dunia tidak menerima pendidikan seksual yang memadai di sekolah mereka. 

Pendidikan seksual yang kurang memadai dari keluarga maupun sekolah dapat membuat pelajar cenderung mencari informasi dan pengalaman seksual dari sumber yang tidak terkontrol, seperti internet atau teman sebaya. Kedua, pengaruh media. 

Menurut survei yang dilakukan oleh Common Sense Media (2021) di Amerika Serikat, sekitar 89% remaja melaporkan menggunakan media sosial secara berlebihan. Media, terutama media sosial, dapat memberikan pengaruh besar terhadap pandangan dan perilaku seksual pelajar. Konten yang tidak sesuai dapat membentuk persepsi yang salah mengenai seksualitas. Ketiga, tekanan teman sebaya. 

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat (2019) menunjukkan bahwa remaja yang mendapat tekanan dari teman sebayanya untuk melakukan hubungan seksual memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan perilaku seksual yang berisiko. Pelajar mungkin merasa perlu untuk melakukan hal yang sama agar merasa diterima atau tidak menjadi bahan olok-olokan.

Untuk mengatasi fenomena perilaku seksual yang tidak sehat pada pelajar, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan. 

Pertama, pendidikan seksual yang lebih baik dan komprehensif. Menurut studi yang diterbitkan di The Lancet, program pendidikan seksual yang komprehensif dapat membantu mengurangi risiko kekerasan seksual dan kekerasan dalam hubungan percintaan pada remaja. 

Sekolah dan keluarga perlu memberikan pendidikan seksual yang komprehensif dan tepat sasaran agar pelajar memiliki pemahaman yang benar mengenai seksualitas dan dapat mengambil keputusan yang tepat. 

Kedua, pembentukan karakter dan nilai yang baik. 

Studi yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa pembentukan karakter dan nilai yang baik pada pelajar dapat membantu meningkatkan rasa tanggung jawab sosial dan kesadaran tentang dampak tindakan mereka terhadap orang lain. 

Pelajar perlu dibentuk karakter dan nilai yang baik agar mampu mengendalikan diri dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline