Tiba-Tiba Ingat Film Bajrangi Bhaijaan, Saat Konflik India–Pakistan Memuncak
“Kadang, cinta seorang manusia biasa lebih berani dari kebijakan negara yang dipenuhi dendam.” — Bajrangi Bhaijaan
Oleh Karnita
Pendahuluan: Ketika Ketegangan Meninggi, Kenangan Menyapa
Konflik kembali membara di antara dua negara bertetangga yang selama ini bagai api dalam sekam. Pada Rabu, 7 Mei 2025, India melancarkan serangan militer ke wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Operasi itu menyasar sembilan lokasi yang diklaim sebagai basis teroris, tetapi Pakistan menyatakan banyak warga sipil menjadi korban. Menurut Reuters, aksi militer ini dipicu oleh serangan teroris beberapa hari sebelumnya di Pahalgam, India, yang menewaskan 26 orang. Dunia pun kembali cemas menyaksikan dua negara bersenjata nuklir ini di ambang perang terbuka. (Kompas.com, 7/5/2025)
Dalam gempuran kabar duka dan kecemasan itu, saya mendadak teringat sebuah film yang pernah membuat air mata saya mengalir deras: Bajrangi Bhaijaan (2015), karya Kabir Khan. Film ini bukan sekadar hiburan Bollywood yang penuh warna dan irama, melainkan sebuah kisah kemanusiaan yang melintasi batas negara, agama, dan luka sejarah. Ia hadir bak pelipur lara di tengah realitas yang getir—tentang seorang pria India yang rela mempertaruhkan segalanya demi mengantarkan seorang gadis kecil Pakistan yang bisu, kembali ke pelukan ibunya.
Di tengah kabar pengeboman, jet tempur, dan klaim saling menyerang, saya justru terbayang adegan lelaki berhati lembut itu menyusuri pegunungan dan menyeberangi sungai, melewati pagar kawat berduri dan dicurigai sebagai mata-mata, hanya demi satu hal: mengembalikannya ke rumah. Mungkinkah dunia hari ini belajar dari pesan sederhana film itu? Bahwa di balik gegap gempita nasionalisme, masih ada ruang bagi kasih sayang lintas batas. Saat konflik kembali menyala, Bajrangi Bhaijaan menyuarakan harapan yang belum padam.
Sinopsis Film Bajrangi Bhaijaan
—Seorang pria India menolong gadis Pakistan bisu kembali ke negaranya, melampaui batas politik dengan cinta dan kemanusiaan.—
Seorang pria India menolong gadis Pakistan bisu kembali ke negaranya, melampaui batas politik dengan cinta dan kemanusiaan (Tribunnews.com)
Siapa sangka, seorang gadis kecil bisu asal Pakistan bisa tersesat di India, dan malah dipertemukan dengan pria sederhana bernama Pawan Kumar Chaturvedi, penggemar berat Hanuman yang lugu dan berhati mulia. Dari awal, hubungan mereka bukan sekadar antara dua orang asing, melainkan dua jiwa yang menemukan arti kepercayaan di tengah kebisuan. Shahida—si kecil yang tak mampu berbicara—justru "berbicara" banyak lewat tatapan matanya yang jernih. Dan Bajrangi, yang awalnya kikuk, perlahan tumbuh menjadi pelindung sejati yang rela menabrak aturan demi satu tujuan: memulangkan gadis ini ke keluarganya, ke tanah kelahirannya, Pakistan.