Lihat ke Halaman Asli

Karla Wulaniyati

TERVERIFIKASI

Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Remeh Meremehkan, Tidak Berharga? Nanti Dulu

Diperbarui: 10 Maret 2019   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay.com

Saya sedang jalan-jalan di portal berita online dan menemukan artikel Cerita Farah Quinn seorang chef terkenal yang pernah tidak dianggap dan diremehkan di dunia kuliner. 

Diberitakan bagaimana Farah pernah tidak dihargai karena dianggap tidak cukup memiliki keterampilan saat pertama kali terjun menjadi chef. Tapi, ia tidak menyerah dengan cara terus membuktikan keterampilan yang ia miliki. (viva.co.id)

Tentang kata remeh saya langsung ingat pada nasi. Butiran nasi saya menyebutnya remeh. Kalau sedang makan lalu remeh berserakan hal tersebut sangat tidak nyaman dan tidak menyenangkan karena akan membuat tempat makan menjadi kotor, berantakan, dan mengganggu tetapi kalau remehnya banyak, berkumpul dan menjadi tumpukan nasi di atas piring akan menjadi luar biasa karena akan membuat kenyang.

Kalau menurut KBBI makna dari remeh dan meremehkan adalah : 

re*meh /rmh/ a tidak penting; tidak berharga; kecil: 

me*re*meh*kan, me*re*meh-te*meh*kan vmerendahkan; mengabaikan; memandang remeh: 

Dari cerita Farah Quinn yang diremehkan dan makna dari remeh dan meremehkan menurut KBBI kalau dikaitkan dengan menulis adalah seringkali saat awal seseorang memulai kegiatan menulis dan memasuki tahap amatir -- saya membahasakannya penulis pemula -- tidak sedikit orang yang meremehkan dengan merendahkan, tidak menganggap penting, mengabaikan karena dianggap tidak cukup memiliki keterampilan. 

Tahapan amatir memang harus mau dilewati seseorang jika ingin menjadi seorang penulis yang serius. Tetapi apakah jika menjadi amatir lalu berarti seseorang tidak berharga, mengganggu dan pantas diremehkan ? Tentu tergantung sang amatir menyikapinya bagaimana.

Jika menyikapinya menyerah dan menyetujui anggapan orang bahwa amatir pantas diremehkan karena masih berupa remeh maka yang terjadi sang amatir akan seperti remeh yang berceceran sehinga menjadi kotor (artikel tidak berguna), berantakan (artikel banyak salah dan kurang di sana sini), dan mengganggu (artikel selalu muncul). 

Tetapi jika sang amatir menyikapi dengan sikap terbaik bahwa remehnya bergabung menjadi seperti tumpukan nasi maka artikelnya tidak akan seperti remeh yang kotor (karena artikelnya bermanfaat walau sedikit dan sederhana), tidak berantakan (artikelnya baik karena selalu belajar dan memperbaiki kepenulisannya), dan tentu tidak mengganggu (artikelnya malah ditunggu pembaca). Jika artikel sudah seperti nasi maka artikel akan mengenyangkan karena artikel memberikan pencerahan dan pemahaman pada yang lain.

Sama seperti Farah Quinn yang tidak menyerah dengan cara terus membuktikan keterampilan yang  dimiliki, maka sebagai penulis yang masih dalam tahap amatir yang penting tidak menyerah dengan cara selalu belajar, memperbaiki diri dan membuktikan keterampilan menulisnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline