Lihat ke Halaman Asli

Karina Christianti

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Teh Hijau, Minuman Sejuta Umat untuk Mengatasi Silent Killer "Hipertensi"

Diperbarui: 19 November 2022   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source gambar: https://www.healthline.com/nutrition/caffeine-in-green-tea#TOC_TITLE_HDR_2

     

Teh hijau adalah salah satu minuman yang masih populer di kalangan banyak orang hingga saat ini.  Selain kaya akan manfaat, teh jenis ini juga bisa diolah menjadi aneka minuman dan juga makanan ringan. Salah satu kegunaan dari teh hijau adalah dapat pemanfaatannya untuk mengatasi salah satu penyakit  yang paling umum terjadi di masyarakat, yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Hipertensi adalah suatu gangguan sistem peredaran darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal (140/90 mmHg). Pada kebanyakan kasus, tekanan darah tinggi ditemukan saat pemeriksaan fisik akibat penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai "silent killer". Tanpa disadari, pasien dapat mengalami komplikasi serius pada organ vital seperti jantung, otak, atau ginjal akibat tekanan darah tinggi. Obesitas, riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi, gaya hidup tidak sehat, serta konsumsi kopi dan alkohol berlebihan dapat menjadi faktor risiko tekanan darah tinggi (Siyono & Proboningsih 2012).

Bagaimana hipertensi bisa terjadi?

Tekanan darah dalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf simpatis serta ginjal melalui pengaruhnya terhadap aksi pompa jantung dan tekanan arteri perifer. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah angiotensin II, aldosteron,  sitokin, dan juga perubahan regangan pada pembuluh darah (Lim 2019).

Perubahan regangan yang terjadi pada pembuluh darah akan menyebabkan sumber enzim dalam tubuh manusia seperti Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate oxidase (NADPH oxidase), Nitric oxide synthase (NO synthase), dan mitokondria menghasilkan suatu radikal bebas yang disebut dengan reactive oxygen species (ROS) (Lim 2019).

Pada dasarnya, ROS dalam jumlah yang normal tidak membahayakan tubuh manusia. Dalam jumlah yang normal, ROS berperan dalam sistem pertahanan tubuh, produksi hormon, fertilisasi, dan pensinyalan seluler. ROS dapat membahayakan tubuh jika jumlahnya sudah melebihi normal. Peningkatan ROS dapat meningkatkan respon inflamasi yang berujung pada kenaikan hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan berbagai penyakit lainnya  (Lim 2019).

Mekanisme aktivasi sistem imun pada hipertensi oleh radikal bebas sangat kompleks. Mekanismenya dapat meliputi bioavailabilitas nitrit oksida (NO) yang meluas di pembuluh darah, efek vasokonstriktor ONOO-anion, stimulasi produksi endotelin dan proliferasi otot polos pembuluh darah  (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).

Gambar 2.  Peran sel T dan inflamasi terhadap kejadian hipertensi (Lim 2019).

Salah satu mekanisme penting yang juga mengarah pada aktivasi sistem imun pada hipertensi adalah respon imun terhadap neoantigen (nAg) yang dihasilkan sebagai akibat stres oksidatif. Seperti ditunjukkan pada gambar 2, faktor yang dapat merangsang terjadinya hipertensi seperti angiotensin II, kadar garam tinggi, dan ROS mengakibatkan terjadinya sedikit kenaikkan tekanan darah (prehipertensi) (Lim 2019; Szulinska et al. 2017).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline