Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Memperhatikan Unsur Agama dalam Bekerja

Diperbarui: 10 Mei 2021   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bekerja secara profesional (Republika)

Jika kita mencermati waktu dalam sehari semalam, kita kiranya akan mengetahui berapa banyak porsi waktu yang kita gunakan untuk aktivitas bekerja, berapa banyak waktu kita gunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan kita, berapa banyak waktu yang digunakan untuk beristirahat, hingga yang terpenting yakni berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk beribadah.

Dengan latar belakang keadaan kita yang beragam, ada yang berprofesi sebagai pedagang, petani, guru, pelajar, pegawai, dan berbagai jenis pekerjaan lainnya, terkadang kita pun berangan-angan, sudahkah pekerjaan yang kita lakukan ini sesuai dengan tuntunan ajaran agama? 

Benarkah pekerjaan tersebut masih dapat mengingatkan kita pada Allah SWT dengan segala karunia-Nya yang dilimpahkan kepada kita? Ataukah jangan-jangan kita ini menganggap bahwa bekerja adalah sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup atau menumpuk harta saja, sehingga kita pun lalai akan peran serta Allah SWT dalam setiap pekerjaan kita.

Jika memang demikian adanya, maka nilai pekerjaan kita pun bisa jadi akan menjadi kosong. Ia tidak punya bobot sedikit pun di sisi Allah SWT. Lantaran kita lupa bahwa bekerja sejatinya merupakan bagian dari ibadah kita kepada Allah jika kita niatkan semata-mata untuk mengharapkan ridha dari-Nya dengan melakukan peran kita sebagai khaliifatullaahu fil ardh atau wakil Allah di muka bumi ini.

Supaya sampai pada titik kesadaran ini, maka perihal pertama yang sepatutnya kita ketahui adalah bahwa tujuan kita dalam bekerja adalah untuk mendapat bekal yang dapat kita pergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Diantara cara yang dapat kita wujudkan untuk meraih hal tersebut adalah dengan mengalokasikan hasil atau rizki yang kita peroleh dari aktivitas bekerja itu untuk memenuhi perintah Allah SWT. Misalnya, untuk keperluan zakat, untuk kebutuhan bersedekah, melaksanakan haji ke Baitullah, dan lain sebagainya.

Selain itu, hasil dari setiap usaha tersebut tentu harus disertai dengan ketaqwaan kepada Allah SWT pada saat mencarinya sehingga kita tidak bekerja dengan menghalalkan segala cara. Termasuk juga di dalamnya adalah kita bekerja dengan memperhatikan waktu sehingga tidak melalaikan diri dari kewajiban yang utama, yakni melaksanakan ibadah seperti melaksanakan shalat lima waktu.

Dengan demikian, kita yang senantiasa memperhatikan unsur agama dalam bekerja ini tidak akan lupa dengan inti terpenting dalam aktivitas kita, yakni sebagai kesempatan untuk mencari bekal meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Diantara upaya yang dapat kita tempuh agar sampai pada tahap kesadaran ini adalah dengan melibatkan ketaqwaan dalam bekerja. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan di dalam QS-Baqarah ayat 197 berikut:

Wa tazawwaduu fa inna khairaz zaadit taqwaa. Wattaquunii yaa ulil albaab.

"Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kalian kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal."

Adapun perihal kedua yang termasuk di antara unsur terpenting dalam mencari rizki adalah ikhtiar untuk memperoleh hasil yang berkah. Berkah di sini berarti membawa kebaikan yang terus mengalir, baik rizki itu jumlahnya sedikit maupun banyak. Mengapa demikian? Sebab rizki yang memiliki keberkahan tersebut akan membawa kebaikan dan ketenteraman bagi para pemiliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline