Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khoirul Wafa

Santri, Penulis lepas

Winston Churchill Ditegur Raja George V

Diperbarui: 10 April 2020   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gettyimages.com

Juni 1944 adalah hari yang sangat sibuk di Inggris. Itu adalah hari yang ditentukan untuk Operation Overload. Dan beberapa hari sebelum hari H, dermaga-dermaga di Inggris begitu ramai dengan kapal-kapal. Orang-orang sibuk memasukkan muatan yang terkait dengan jalannya operasi tersebut.

Semua orang penuh semangat menyambut invasi Normandia. Rata-rata sudah tak sabar lagi, karena memang sudah jenuh dengan latihan-latihan militer selama berbulan-bulan. Banyak dari mereka ingin segera melakukan misi ini. Cepat selesai artinya cepat pula bisa memulai kehidupan baru.

Ditengah hiruk-pikuk menyambut D-Day, Winston Churchill, perdana menteri Inggris mendatangi Eisenhower, panglima tertinggi operasi tersebut. Winston Churchill memang politikus dan pejabat, bukan tentara, tapi sebagai warga negara Inggris, tentunya ia juga ingin andil dan ikut menyaksikan langsung pertempuran ini. Meskipun dari jauh. Berbondong-bondong sudah, begitu banyak orang yang mendaftarkan diri sebagai sukarelawan. Euforia saat itu tentu tak bisa kita bayangkan.

Terang-terangan, Churchill mengatakan kepada Ike untuk ingin ikut serta langsung dalam Operation Overload. Ia ingin turut dapat menyaksikan dari salah satu kapal penjelajah ringan, HMS Belfast.

Tentu saja Ike menolak permintaan Churchill tersebut. Meskipun menumpang kapal penjelajah dan tidak turun ke lapangan, bukan berarti itu tidak berisiko sama sekali. Bisa saja U-Boat Jerman menenggelamkan kapal tersebut sewaktu-waktu.

"Tentu, tidak ada orang yang mau kena tembak." Kata Eisenhower, "tetapi harus saya akui, lebih banyak orang yang ingin ikut daripada yang tidak dalam invasi yang satu ini."

Eisenhower tidak mau tahu. Ia tak ingin mengambil risiko sekecil apapun kehilangan seorang perdana menteri saat masa perang. Itu bisa menurunkan moral pasukan. Baginya, Churchill terlalu berharga. Ia harus tetap tinggal di Inggris.

Jenderal Ike mengisahkan, kala itu Churchill memberikan pertanyaan logis agar bisa tetap ikut. "Kau memegang komando operasi semua angkatan, tetapi kau tidak punya wewenang di bidang administrasi untuk menentukan susunan awak kapal."

Ike mengiyakan.

"Kalau begitu, saya bisa ikut sebagai awak salah satu kapal Kerajaan, dan kau tidak dapat melarang." Kata Churchill, sebagai kata-kata skak mat.

Churchill tak peduli. Apapun risikonya ia tetap ingin ikut. Dalam hal ini akhirnya Eisenhower tak bisa berkutik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline