Kemarin pagi, saya mendapat informasi bahwa pada Sabtu, 11 April 2009, akhirnya Syaykh Al-Zaytun, YAB. Abdus Salam Rasyidi (Panji Gumilang) mengumpulkan para ‘pejabat’ NII (Negara Islam Indonesia) level wilayah (Gubernuran) bawahannya di Ma’had Al-Zaytun (MAZ) Indramayu. Mereka dikumpulkan setelah Partai RepublikaN dipastikan tidak mampu menembus batas ambang electoral threshold sebesar 2,5%. Itu artinya, kelima caleg dari NII (faksi Al-Zaytun) otomatis gagal menembus Senayan—berapapun jumlah suara yang mereka peroleh. Sang Imam mencoba membesarkan hati para pejabat bawahannya itu, yang saya peroleh dari seorang insider, intinya begini:
“Tidak perlu berkecil hati. Setidaknya, masyarakat telah mulai menerima kehadiran kita di kancah politik nasional.”
Kenyataan ini, jelas mengecewakan para jamaah NII faksi Al-Zaytun. Padahal, seluruh jamaah yang masih aktif sudah dikerahkan untuk ‘memilih’ di berbagai TPS di lima Dapil tempat kelima caleg itu dicalonkan. Bahkan, dengan persiapan hampir 7 bulan. Memang, berbagai komentar di facebook Imam Prawoto, salah satu caleg dari MAZ tersebut, para konstituen mencoba menghibur diri.
Siapa saja kelima caleg NII-MAZ yang gagal melenggang ke Senayan itu?
- Imam Prawoto
- Drs. Miftakh
- M. Soleh Aceng, SH
caleg-az-soleh
- dr. Dani Kadarisman
caleg-az-dani
- Ir. Asrurrifak
Master Teknik Sipil dari ITB ini menjadi Caleg Dapil Lamongan dan Gresik, Jawa Timur
***
Beberapa kader NII faksi Al-Zaytun (NII-MAZ) yang masih aktif di dalam ’struktur organisasi bercerita kepada saya tentang geliat Al-Zaytun untuk meloloskan caleg mereka. Namun, beberapa dari mereka menyesalkan: mengapa Imam Prawoto yang ditempatkan di Dapil Tangerang, yang otomatis Dapil paling gemuk—dan berpotensi besar menjadi lumbung suara serta meloloskan putra sulung Syaykh AS. Panji Gumilang itu, jika saja Partai RepublikaN lolos electoral threshold 2,5 %. Padahal caleg Drs. Miftakh dan M. Soleh Aceng S.H. jelas jauh lebih senior dan memiliki kompetensi leadership yang tidak kalah hebat.