Lihat ke Halaman Asli

Jusuf Kalla

TERVERIFIKASI

Wakil Presiden Indonesia

Pemimpin, Perbankan, dan Keadilan Pembangunan Indonesia

Diperbarui: 1 November 2018   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi/Admin (Shutterstock)

Zaman dulu lebih banyak orang menjadi pemimpin karena keturunan atau karena kekuasaan mutlak seperti diktator. Pada dasarnya, mereka itu itu sebenarnya pejabat. Mereka bisa menjadi presiden atau gubernur tapi bukan pemimpin. Sekarang orang menjadi pemimpin itu karena pilihan. 

Pemimpin itu juga tergantung siapa yang dipimpin. Menjadi gubernur sebuah daerah tentu berbeda dengan yang menjadi direktur bank. Lalu siapa pemimpin itu? Pemimpin itu adalah orang yang harus mencapai tujuan dengan cara mempengaruhi orang dan bertanggung jawab dengan hal itu. 

Itulah bedanya instruksi dengan keikhlasan dalam memimpin. Bisa saja anda mendapat instruksi tapi anda tidak yakin. Dan anda pun melihat yang memberi instruksi juga tidak yakin. Tapi kalau pemimpin, dia harus menyampaikan dengan baik, terbuka dan transparan dan jika anda bawahannya, maka anda harus melakukan dengan baik karena anda juga meyakininya. 

Kalau pemimpin negara tentu tujuannya masyarakat yang adil makmur dan pembangunan yang baik. Jika anda pemimpin bank tujuan anda tentu berbeda dengan pemimpin daerah. Anda tentu harus tahu bagaimana cara memajukan bank dengan cara membuat orang percaya bahwa bank ini aman dan dipercaya orang untuk memberi pinjaman. 

Jadi apapun dasar kepemimpinan itu adalah bagaimana meraih tujuan. Kepemimpinan di tiga bidang saya 35 tahun di dunia bisnis. Setelah itu saya beralih ke pemerintahan,10 tahun. Waktu aktif jadi wapres, saya bisa perintah-perintah selama 5 tahun. Tapi kini hubungannya menjadi mitra lagi. 

Kemudian kini sudah 4 tahun saya bergerak di dunia sosial. Lalu, apa yang membedakan leadership di ketiga bidang ini? Kalau di pemerintahan. Orang lebih fokus pada prosedur, atau sistem. Hasilnya tercapai atau tidak, yang penting ikuti prosedur. Harus tender ini itu, sehingga rapatnya panjang, kadang-kadang telat ambil keputusan. 

Kalau tidak, nanti kena panggil KPK bukan? Kalau dalam bisnis, objektifnya yang penting. Kalau sistem tidak mendukung tujuannya, ya kita ubah sistemnya. Maka bila sistem pembelian tunai tidak bisa, maka leasing masih ada. Jadi prosedur bisa diganti-ganti. Kalau di dalam perbankan itu sebenarnya mix. 

Jadi anda harus ikut prosedur dan peraturan yang berlaku sekaligus juga fokus terus pada objektifnya. Sementara, kalau di dunia sosial, tujun harus dicapai berapapun ongkosnya. Kalau ada bencana, berapapun ongkos penanganannya, harus kita bantu. 

Memang semua itu berbeda-beda, tapi inti semua itu adalah kreativitas, dapat dipercaya dan dapat memberikan nilai tambah. Itulah pemimpin. Dan, apa bedanya manager dengan leader atau pemimpin? Kalau pemimpin, dia memimpin di depan. Intinya dia memberikan nilai tambah dan dapat bagaimana caranya sampai tujuan. 

Kalau manager, dia harus jalankan dengan sistem yang betul dan sesuai dengan aturan. Tapi pemimpin dia bisa merubah aturan untuk mencapai hasil. Dulu ketika aktif jadi wapres, sering orang bilang, “Ah, Pak Wapres ini sering merubah aturan.” Maka saya katakan, “Di dunia ini yang tidak bisa diubah hanya satu, Kitab Suci. Yang lain semua bisa diubah, bukan begitu? UUD saja bisa diubah, apalagi cuma peraturan, PP, Kepres.” Itulah tugas leader.

Tapi manager tetap harus ikuti prosedur. Kalau tidak, maka anda bukan manager yang bagus. Yang satu mementingkan sistem, yang satu mementingkan hasil. Kalau anda ikuti terus aturan, anda berarti hanya menjadi birokrat bukan pemimpin. Bagaimana anda menjadi pemimpin? Apakah pemimpin itu dilahirkan atu dipelajari? Dua-duanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline