Mohon tunggu...
Jusuf Kalla
Jusuf Kalla Mohon Tunggu... Diplomat - Wakil Presiden Indonesia

Wakil Presiden RI (2004-2009) & (2014-2019) Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Website : www.jusufkalla.info

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pemimpin, Perbankan, dan Keadilan Pembangunan Indonesia

16 September 2013   16:01 Diperbarui: 1 November 2018   13:46 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi/Admin (Shutterstock)

Tapi yang penting pemimpin itu harus otentik. Itulah kenapa jokowi terkenal sekarang. Karena dia menggunakan otentisitas dirinya. Karena itu dia dihormati sebagai pemimpin. Orang sering bilang JK itu kalau marah langsung keluar bahasa Makassar-nya, itu ontentisitas saya. Kekuatan otentik itulah yang mempengaruhi orang. 

Soal kepemimpinan ini, saya menyayangkan keputusan kenaikan harga BBM waktu lalu. Pemerintah hanya menaikkan sekitar 30% tapi terjadi demo dimana-mana. Waktu 2005 lalu, kita naikkan BBM 126% tetapi tak ada demo. Dimana letak perbedaannya? Sebenarnya sederhana. Kemarin pemerintah bilang kalau ini tidak segera naik, jebol fiskal negara kita. Jebol budget. 

Apakah anda sekalian paham apa itu jebol fiskal atau jebol budget? Kadang-kadang saya sendiri bingung apa maksud pemerintah ini. Apalagi mereka rakyat biasa? Jadi pemerintah tak berhasil mempengaruhi orang. 

Jaman saya saya katakan sederhana, kalau ini kita terus subsidi, jalan tak bisa kita perbaiki, rumah sakit dan sekolah tak diperbaiki? Bagaimana? Mau terus subsidi orang yang punya mobil apa perbaiki jalan? Oke kalau perbaiki jalan, kita naikkan BBM. Anda tidak setuju? Tidak ada cara lain. 

Krisis perbankan ditanggung oleh rakyat Waktu saya menjadi Menko Kesra, saya diundang untuk bicara tentang pemberian kredit untuk masyarakat kecil. Sebelum saya setuju, saya tanya bunganya berapa? Mereka bilang 22%. Waktu itu bunga seperti itu masih biasa sebab rata-rata bunga kredit sekitar 18% akibat sisa krisis. 

Lalu saya tanya, ini sistemnya annuity atau flat? Baru bingung dia. Dia katakan, flat Pak. Astaga, kata saya, kamu tipu rakyat! Itu artinya kamu kasih 40% bunga kreadit untuk rakyat! Saya tinggal itu surat. Besoknya saya panggil bank-bank termasuk Bank Indonesia. Saya katakan, apa yang terjadi di sini? Bayangkan, rakyat kecil diberi 40% sementara konglomerat diberi 15%?! Ini kan penipuan luar biasa untuk rakyat. 

Logikanya selalu begini, daripada mereka ke rentenir yang bunganya 50%, bunga 30% bank berarti sudah lebih baik. Bukan soal itu! Sekiranya kita kasih bunga sama dengan kredit besar, dia sudah bisa beli toko. Tapi kalau berpikirnya begitu terus, maka mereka tak bisa beli apa-apa. Di sinilah harus ada keikhlasan juga. Jangan asal kasih bunga tinggi. 

Memang alasannya banyak, misal administrasinya susah, tapi coba lihat lagi, siapa yang meruntuhkan ekonomi Indonesia, pengusaha kecil atau pengusaha besar? Pengusaha besar. Yang kecil tak pernah. Jadi harus ada keadilan yang kita berikan kepada masyarakat itu. Karena itulah maka bila tak ada keseimbangan antara pengusaha besar dan kecil, negeri ini adalah negeri yang cara berpikirnya paling 'terbalik' di dunia. 

Saya tegaskan bank itu berkembang kalau ekonomi rakyatnya berkembang. Jadi ada hubungan saling ketergantungan. Ekonomi maju bila bank maju dan sebaliknya. Nah, pada saat krisis, bank-bank hancur karena ekonomi hancur. Yang perlu diperhatikan adalah pertama, fokuslah pada ekonomi mikro, itu akan memberikan manfaat lebih pada kebanyakan orang. 

Hal yang kedua, ekonomi kita punya ketidakseimbangan yang luar biasa antara pengusaha kecil dan pengusaa besar. Apabila terjadi gap yang besar, gini rationya besar 0.4, maka masalah ekonomi yang bisa bisa saja muncul. Maka, begitu ambruk ekonomi, ambruk perbankan. Jadi ada banyak kepentingannya mengapa kita harus mendorong usaha kecil berkembang. Ingat peristiwa Mei 1998 di Jakarta. 

Saya tegaskan, itu bukan masalah ras. Itu masalah ketidakseimbangan ekonomi. Ada krisis, tiba-tiba banyak yang melarikan diri dan uang, maka banyak orang miskin dan menganggur. Maka marah-lah mereka itu. Jadi ini masalah ekonomi, bukan ras! Antara orang menganggur dan orang yang melarikan uang. Ini sangat penting diketahui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun