Lihat ke Halaman Asli

Jumari Haryadi Kohar

TERVERIFIKASI

Penulis, trainer, dan motivator

Rasyd Ridho, Anak Kampung yang Sempat Menjadi Kapolda Lampung

Diperbarui: 5 September 2018   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Perjalanan hidup seseorang sulit ditebak. Kita tidak boleh menyepelekan orang yang sekarang hidupnya bisa saja berubah dan terbalik 180 derajat. Orang yang semula hidupnya susah, bisa saja suatu hari berubah menjadi orang sukses. Begitu pula sebaliknya.

Kisah hidup Irjen Pol (Purn) Dr. Drs. H.M. Rasyid Ridho, S.H.,M.H., mantan Kapolda Lampung 2004-2005 ini layak kita jadikan teladan. Betapa tidak, jauh sebelum sukses berkarir sebagai perwira tinggi Polri, masa lalunya ternyata penuh cerita pilu. Siapa sangka pria yang kini aktif sebagai Tenaga Ahli Profesional Bidang Hukum dan HAM di Lemhanas Republik Indonesia ini dulunya pernah hidup susah.

Rasyid berkisah tentang masa SMA-nya yang penuh kenangan. Setamat SMP, dirinya yang hidup bersama kedua orangtuanya di Desa Ujan Mas, Kecamatan Pangandonan, Ogan Komering Ulu, terpaksa harus merantau ke Kotabumi   Ibukota Kabupaten Lampung Utara   untuk melanjutkan sekolahnya.

Di Kotabumi, anak ketiga dari enam bersaudara ini tinggal bersama kakak perempuannya yang kehidupan ekonominya juga jauh dari cukup. Bahkan, belum masuk pertengahan bulan kakaknya sudah mulai berhutang ke warung. Oleh sebab itu Rasyid harus pandai menjaga diri dengan rajin belajar dan tidak berbuat hal negatif, agar tidak mengecewakan kakak dan kedua orangtuanya.

Rasyid bersyukur akhirnya bisa masuk di SMAN 1 Kotabumi yang saat itu merupakan satu-satunya SMA Negeri dan terbaik yang ada di Kabupaten Lampung Utara. Semua ini tidak terlepas dari perjuangannya dan doa dari kedua orangtuanya. Apalagi selama ini dia dikenal sebagai anak yang cerdas dan acap kali mendapat ranking terbaik di sekolahnya.

MASA SMA YANG PENUH PRIHATIN

Lahir dari keluarga yang serba kekurangan tidak membuat Rasyid nyiut nyalinya untuk melanjutkan sekolah. Kondisi ekonomi orangtuanya yang pas-pasan memaksa dia harus banyak belajar bersabar. Bayangkan saja, pakaian pun hanya memiliki beberapa buah saja. Bahkan, dia hanya memiliki sebuah sepatu untuk ke sekolah. Sedihnya lagi, sepatu yang dipakainya pun sudah koyak-koyak, tetapi dia tetap memakainya juga. Apa boleh buat, daripada tidak memakai alas kaki sama sekali, sepatu butut pun tetap dipakainya. Tentu saja dia pergi ke sekolah sambil menahan rasa malu. Semua itu ditahannya demi meraih masa depan yang lebih baik.

"Saat itu saya benar-benar tidak diperhitungkan di sekolah. Maklum saya berasal dari keluarga miskin. Apalagi jika dibandingkan dengan Iskandar Saleh, teman sekolah saya yang merupakan anak seorang camat. Tentu saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya. Saya ingat waktu itu dia sudah pakai motor Honda CB 69 kalau ke sekolah, sementara saya cuma berjalan kaki" ujar Rasyid mengenang masa lalunya yang susah.

Waktu liburan sekolah, teman-teman sebaya Rasyid bisa menikmatinya dengan bermain atau  berpacaran. Namun, dia tidak bisa seperti mereka. Rasyid dan saudara-saudaranya justru sejak pagi membantu orangtuanya turun ke sawah. Mereka pulang ke rumah siang hari, saat perut sudah terasa lapar.

Ketika masa liburan sekolah menjelang usai, orangtua Rasyid mengumpulkan anak-anaknya. Sambil duduk bersila di lantai rumahnya, orangtuanya menanyakan kebutuhan sekolah mereka. Lalu semua anak-anaknya mengutarakan kebutuhan mereka masing-masing. Tentu saja kebutuhan mereka cukup besar dan tidak semuanya bisa dipenuhi oleh orangtunya yang penghasilannya terbatas.

"Sebenarnya kemampuan orangtua saya untuk menyekolahkan kami, anak-anaknya, tidak besar. Paling separonya atau sekitar 50 persen saja. Nah, kekurangannya itu dipenuhi orangtua kami dengan cara berhutang," ungkap Rasyid dengan nada haru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline