Hari ini, kembali saya menyaksikan tayangan di televisi yang menampilkan sosok dua gadis cilik kembar siam yang luar biasa, Dewi dan Putri. Mereka adalah Al Dewi Putri Ningsih dan Al Putri Anugrah, dua bersaudara asal Garut, Jawa Barat, yang kini berusia 12 tahun.
Sejak detik pertama kelahiran, takdir telah menempatkan mereka dalam kondisi fisik yang unik: tubuh mereka menyatu dari bagian perut hingga ke bawah. Kondisi ini, yang lazim disebut kembar siam ischiopagus, tentu membawa tantangan yang tak terbayangkan bagi siapapun, apalagi bagi dua anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Meski demikian, yang paling memukau dan menghujam sanubari dari tayangan tersebut bukanlah kondisi fisik mereka, melainkan aura ketangguhan yang terpancar dari setiap ucapan dan tatapan mata mereka.
Mereka diwawancarai oleh seorang pewara, dan alih-alih meratapi nasib atau mengeluh, Dewi dan Putri justru menunjukkan kematangan emosional dan spiritual yang melampaui usia mereka. Sikap tegar mereka menjadi cermin yang memantulkan kembali makna sejati dari penerimaan diri dan keyakinan.
Kisah perjalanan hidup mereka sudah diwarnai dengan perjuangan medis yang berat. Mereka telah menjalani setidaknya dua kali operasi besar untuk mengatasi komplikasi dan mengoptimalkan fungsi organ tubuh mereka yang berbagi.
Prosedur medis semacam ini, yang melibatkan risiko tinggi dan pemulihan panjang, adalah pengorbanan yang tak ternilai dari orang tua dan juga ketahanan fisik dari kedua gadis ini. Setiap bekas luka di tubuh mereka adalah saksi bisu dari pertarungan hebat untuk hidup yang lebih baik.
Dalam wawancara tersebut, Dewi dan Putri sering kali melontarkan ungkapan bersyukur kepada Allah SWT yang Maha Pencipta. Mereka meyakini bahwa Tuhan telah menciptakan mereka dengan sebaik-baiknya rupa dan dalam kondisi yang paling tepat bagi mereka.
Ini adalah sebuah pengakuan iman yang mendalam, sebuah keyakinan yang fundamental bahwa setiap detail penciptaan adalah sebuah anugerah, bukan sebuah kutukan atau hukuman.
Pernyataan-pernyataan mereka adalah pelajaran berharga bagi kita semua yang sering kali terlalu mudah mengeluh atas hal-hal kecil. Kita yang terlahir dengan anggota tubuh lengkap, yang bisa bergerak bebas tanpa hambatan, terkadang lupa untuk berhenti sejenak dan benar-benar menghayati anugerah kesehatan.
Ketika mendengar ucapan syukur dari Dewi dan Putri, seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang menepuk bahu kita, mengingatkan tentang kemewahan hidup yang sering kita abaikan.