Tanjungsari, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sejak lama sudah dikenal sebagai sentra utama peternakan domba dan sapi. Bukan hanya memenuhi kebutuhan lokal, hewan ternak dari Tanjungsari ini sudah jadi andalan bagi wilayah sekitar seperti Bandung, Majalengka, Kuningan, bahkan hingga Subang, Bekasi, dan Jakarta.
Nama Tanjungsari identik dengan kualitas domba yang tak perlu diragukan, baik di musim biasa, apalagi saat musim kurban atau haji tiba.
Para peternak di Tanjungsari memang dikenal handal. Pengetahuan mereka tentang cara beternak, merawat, hingga memilih domba yang baik sudah mendarah daging.
Maka tidak heran, di Tanjungsari ada pasar khusus domba yang beroperasi sepanjang tahun, bukan hanya saat menjelang Hari Raya Idul Adha. Pasar ini menjadi pusat transaksi yang ramai, tempat para peternak dan pedagang saling bertemu untuk jual beli domba.
Terlebih lagi di musim haji, domba-domba dari Tanjungsari ini laris manis bak kacang goreng. Permintaan meningkat drastis, membuat harga domba ikut naik dan keuntungan peternak pun berlipat ganda.
Kelarisan di musim haji ini sering diibaratkan sebagai "gaji ketigabelas" bagi para peternak, mirip dengan bonus yang diterima Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau karyawan lainnya di luar gaji pokok mereka.
Bagi peternak Tanjungsari, musim haji bukan hanya sekadar musim penjualan biasa. Ini adalah momen krusial yang menentukan nasib mereka dalam setahun ke depan.
Pendapatan yang mereka raih di musim ini seringkali digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari biaya hidup sehari-hari, pendidikan anak, perbaikan rumah, hingga modal untuk beternak kembali di tahun berikutnya.
Seperti yang saya saksikan hari ini, Rabu, 4 Juni 2025. Saya berkesempatan berbincang dengan salah seorang peternak yang sudah lama malang melintang di dunia domba Tanjungsari. Ia adalah Pak Didin, usia 56 tahun.
Pak Didin adalah contoh nyata bagaimana peternak di Tanjungsari bisa meraup untung besar dari hasil penjualan domba di musim haji, baik dari domba yang ia ternakkan sendiri di kandangnya maupun dari hasil jual beli domba dari peternak lain.
Pak Didin bercerita, musim haji itu kayak lebaran kedua buat dia. Bahkan kata Pak Didin kadang lebih terasa.