Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Menyoal Sinetron Televisi "Suara Hati Istri", Apa yang Salah?

Diperbarui: 2 Juni 2021   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Wakil Ketua KPI, Mulyo Hadi Purnomo (dok.pribadi detik.com

Hangat hari ini diperbincangkan soal sinetron Suara Hati Istri Zahra yang diperankan oleh Lea Ciarachel artis usia 15 tahun yang berperan sebagai istri ketiga. Karena sinetron tersebut, banyak yang melaporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk diberikan sanksi agar sinetron tersebut tidak lagi menayangkan sinetron yang diperankan gadis usia 15 tahun.

Apa yang salah?

Menjadi pertanyaan, apa yang salah dari laporan masyarakat terhadap sinetron Suara Hati Istri? Permasalahannya adalah sinetron itu diperankan oleh anak di bawah umur yakni berusia 15 tahun.

Itulah yang menjadi persoalan. Bagaimana mungkin anak di bawah umur memerankan sebagai seorang istri ketiga dan perannya bermesraan sehingga menodai hak anak itu sendiri.

Anak dibawah umur hak-haknya adalah belajar, bermain, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya, bukan bermain sinetron bermesraan dan jadi istri ketiga dalam sinetron.

Di sinilah salahnya pihak televisi memilih pemeran anak dibawah umur untuk memerankan istri ketiga. Sebab itu, layak bila sinetron dan pihak penyiar yaitu televisi dilaporkan ke KPI.

Selanjutnya, KPI harus bisa memberikan sanksi atau teguran keras agar tidak diulangi kembali. Atau pihak televisi dan produser maupun penyelenggara sinetron segera mengganti pemeran istri ketiga bukan anak di bawah umur.

Dari kejadian ini harus jadi pelajaran berharga buat seluruh televisi yang menyiarkan sinetron untuk tidak mengutamakan rating atau daya tarik saja tanpa memperhatikan siaran berkualitas dan dampak positif bagi penonton.

Semoga saja, dengan adanya laporan terhadap sinetron Suara Hati Istri bisa mengedukasi setiap televisi memberikan tayangan-tayangan yang mengedukasi dan bisa dicintai seluruh masyarakat Indonesia.

Kita inginkan tayangan televisi di Indonesia memberikan pengetahuan, wawasan,  kebaikan yang bernilai estetika tinggi. Boleh saja memperhatikan rating sebuah tayangan itu tinggi tapi harus ada manfaat dan nilai-nilai kebaikan disana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline