Beberapa pekan terakhir, warga Jakarta kerap dibuat heran dengan pemandangan langit yang tampak berkabut, terutama di pagi hari. Dari kejauhan, siluet gedung-gedung pencakar langit seolah terbungkus lapisan tipis putih keabu-abuan. Tak sedikit yang mengira, inilah embun pagi yang turun menyapa ibu kota. Namun, benarkah demikian?
Fakta di Balik Kabut Jakarta
Data Air Quality Index (AQI) menunjukkan angka PM2.5 di Jakarta kini konsisten berada di kisaran 130 hingga 160 setiap harinya. Angka ini jauh di atas ambang batas aman yang direkomendasikan WHO, yakni 25 g/m untuk PM2.5. Partikulat halus ini, yang berukuran kurang dari 2,5 mikron, sangat berbahaya jika terhirup karena bisa masuk hingga ke saluran pernapasan terdalam.
Dengan tingginya angka PM2.5, para ahli sepakat: kabut yang menyelimuti Jakarta bukanlah embun, melainkan kabut polusi. Meski penyebab lonjakan polusi ini belum sepenuhnya teridentifikasi---apakah dari kendaraan, industri, atau faktor cuaca---yang pasti, kualitas udara Jakarta sedang tidak baik-baik saja.
Siapa yang Paling Rentan?
Polusi udara berdampak pada siapa saja, namun anak-anak dan lansia adalah kelompok yang paling rentan. Sistem pernapasan yang belum sempurna pada anak dan menurunnya daya tahan tubuh pada lansia membuat mereka lebih mudah terkena gangguan kesehatan, mulai dari batuk, asma, hingga infeksi saluran pernapasan.
Tips Melindungi Diri dari Paparan Polusi
Agar keluarga tetap sehat di tengah kabut polusi, berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
Rutin Memantau Kualitas Udara:
Gunakan aplikasi atau situs pemantau AQI untuk mengetahui kondisi udara harian. Jika indeks polusi tinggi, sebaiknya tunda aktivitas di luar ruangan.Kurangi Aktivitas Luar Ruangan:
Hindari berolahraga atau beraktivitas berat di luar saat polusi sedang tinggi, terutama untuk anak-anak dan lansia.Gunakan Masker:
Pilih masker yang mampu menyaring partikel halus, seperti masker N95, saat harus beraktivitas di luar rumah.