Lihat ke Halaman Asli

T3-8. Aksi Nyata : Mewujudkan Pembelajaran Inklusif dalam Perspektif Sosiokultural

Diperbarui: 6 Maret 2025   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan PPL di SMPN 1 Singaraja-Bali

Sebagai calon guru dalam Program PPG 2024, saya menyadari bahwa pendidikan tidak hanya tentang mengajar materi, tetapi juga memahami keberagaman peserta didik. Setiap siswa memiliki latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan pengalaman belajar yang berbeda, yang semuanya memengaruhi cara mereka menerima dan memahami pelajaran.

Melalui refleksi ini, saya ingin merangkum pembelajaran yang telah saya peroleh serta bagaimana wawasan tersebut akan saya terapkan dalam praktik mengajar. Dengan menggunakan alur MERDEKA, saya akan mengeksplorasi pemahaman saya, tantangan yang dihadapi, serta strategi yang dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan bermakna bagi semua siswa.

Mulai Dari Diri.

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Sebelum mempelajari topik ini, saya hanya berpikir bahwa tantangan utama dalam pembelajaran adalah bagaimana guru menyesuaikan metode mengajar dengan latar belakang peserta didik yang beragam. Namun, setelah memahami lebih dalam, saya menyadari bahwa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat memengaruhi akses dan kualitas pendidikan. Perbedaan kondisi sosial dan budaya membentuk cara belajar siswa, sementara faktor ekonomi menentukan akses mereka terhadap fasilitas pendidikan. Bahkan, kebijakan pendidikan juga berperan dalam mendukung atau menghambat proses belajar. Dengan wawasan ini, saya semakin sadar bahwa guru tidak hanya mengajar materi, tetapi juga harus peka terhadap kondisi peserta didik agar pembelajaran lebih inklusif dan efektif

Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini? 

Dari topik ini, saya belajar bahwa faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat berpengaruh terhadap kesenjangan pendidikan di Indonesia. Aktivitas sosial dan interaksi orang dewasa dengan anak memiliki peran penting dalam membentuk cara pandang anak terhadap pendidikan.Kondisi sosial dan budaya suatu daerah dapat menentukan bagaimana pendidikan dihargai dan diakses. Faktor ekonomi memengaruhi fasilitas serta peluang belajar yang tersedia bagi peserta didik, sementara kebijakan politik sering kali lebih menguntungkan kelompok tertentu. Akibatnya, pendidikan yang seharusnya menjadi alat pemerataan sosial justru bisa memperparah ketimpangan. Dengan memahami hal ini, saya semakin sadar bahwa sebagai pendidik, kita tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga harus berupaya menciptakan pembelajaran yang inklusif dan adil bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang mereka.

Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Dalam Ruang Kolaborasi, saya dan rekan-rekan mendiskusikan pengaruh sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan. Kami menganalisis bagaimana faktor-faktor ini menciptakan kesenjangan dan membandingkan pengalaman dari berbagai latar belakang. Melalui wawancara dan diskusi, kami memahami bahwa tantangan pendidikan tidak hanya terkait ekonomi atau fasilitas, tetapi juga budaya, kebijakan, dan akses teknologi. Kami juga belajar strategi seperti pembelajaran berdiferensiasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.Dari sini, saya semakin sadar bahwa sebagai pendidik, kita harus kritis dan adaptif dalam mengakomodasi keberagaman siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline