Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Undangan di Antara Rintik Hujan

Diperbarui: 11 November 2021   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: tribunnews.com

Aku mengenalnya tanpa sengaja. Sepertinya lelaki itu merasa kasihan, setiap Senin pagi aku dan sepupuku berboncengan untuk ke kampus masing-masing. Aku di UNY. Sepupuku di UST.

Kenapa kasihan? Di tengah perjalanan yang padat pada jalan berliku dari Gunungkidul menuju Yogyakarta, pastilah ada lelaki muda yang selalu mengawal kami. Begitu hafalnya aku dan sepupuku. 

"Nanti pasti ketemu mas Dagni, setelah bokong Semar, mbak" ucap Maya yang memboncengku. 

Kami terbiasa mengobrol di tengah perjalanan. Menghilangkan rasa takut. Ya... sebenarnya aku takut kalau berkendara dan ramai. Harus bersaing pula dengan truk muatan kayu, damen atau jerami, bus-bus antar kabupaten yang melaju pelan.

Untuk ngebut dan menyalip truk, dan bus tentu butuh keberanian. Karena dari lawan arah pasti juga melintas bus-bus, kendaraan bermotor para penglaju yang menuju Wonosari.

Pengendara motor laki-laki biasanya lebih bernyali untuk menyalip bus dan truk. Mereka memiliki tenaga dan keberanian yang besar dibandingkan aku.

"Dari mana kamu tahu namanya, May?"

"Lho...'kan dulu dia pernah nyebutin namanya, mbak."

Sambil berkonsentrasi pada keramaian jalan, aku mencoba mengingat kebenaran ucapan Maya.

"Ternyata Dagni kerja di perpustakaan daerah, mbak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline