Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

RA Kartini, Pendekar Emansipasi Wanita

Diperbarui: 20 April 2019   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RA Kartini. Gambar: cnnindonesia.com

Ibu kita Kartini putri sejati
Putri Indonesia harum namanya
Ibu kita Kartini pendekar bangsa
Pendekar kaumnya untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia
Sungguh besar cita- citanya bagi Indonesia

Ketika kita masih kecil, masih duduk di bangku SD, dan pelajaran menyanyi pasti banyak di antara kita yang senang dan favorit menyanyikan lagu ini. Ya...lagu Ibu Kita Kartini karya WR Supratman ini pasti berkesan dan familiar bagi kita.

Sejarah Kartini

RA Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879 termasuk seorang puteri bangsawan. Ayah Kartini adalah RM Adipati Aryo Sosroningrat, bupati Jepara. Sosroningrat memiliki 2 isteri dan 11 anak. Isteri pertama( garwa padmi) sosroningrat adalah R Ayu Wuryan, sedang isteri kedua (garwa selir/ ampil) adalah Mas Ajeng Ngasirah. Kartini termasuk puteri Sosroningrat dari garwa selir/ ampil.

Setelah memasuki masa sekolah, Kartini dimasukkan ke Sekolah Kelas Dua Belanda. Di samping itu ia dan saudara- saudaranya mendapat pendidikan bahasa dan tata krama Jawa dan mengaji Quran berikut pelajaran agama ( Kamajaya. 1982. 9 Srikandi Pahlawan Nasional. Yogyakarta: UP Indonesia Jogja, hal 58 ). Mereka mendapat pendidikan barat tapi tetap berpegang pada budaya Jawa. Mereka memiliki pandangan yang cukup luas, meski setelah usia 12 tahun Kartini dan saudara- saudara perempuannya harus dipingit.

Ketika menjalani masa pingitan tersebut, Kartini masih membaca buku karangan Multatuli, Minnebrieven ( Surat- surat Percintaan ). Dari buku tersebut Kartini mengetahui kondisi Indonesia yang tertindas dan pendidikan  pun diabaikan oleh pemerintah Belanda.

Akhirnya Kartini menulis curhat melalui surat untuk teman- temannya, seperti Estella Zeehandelaar, EC Abendanon, MCE Ovink- Soer, Prof. Dr. GK Anton dan nyonya, Nyonya HG de Booij- Boissevain, HH van Kol dan nyonya, Mr. JH Abendanon dan nyonya.

Kemudian oleh JH Abendanon, surat- surat tersebut dikumpulkan dan dihimpun menjadi sebuah buku " Habis Gelap Terbitlah Terang".  Ia (Kartini) sendiri menulis artikel dalam sebuah majalah yang berjudul " Van een Vergeten hoekje" (dari Sebuah pojok yang dilupakan ). (Kamajaya: hal. 61)

Tujuan yang diinginkan Kartini adalah wanita Indonesia bisa maju seperti wanita barat. Bukan berarti semua hal dari barat ditiru. Pendidikan barat baginya ( Kartini ) terutama adalah menambah pengetahuan sehingga orang barat dapat menghargai kepada bangsanya yang telah terdidik. Intinya hal- hal positif yang bisa mengangkat derajat bangsa-lah yang diambil, hal yang negatif ditinggalkan.

Kartini sempat berkeinginan belajar ke Belanda dan mengajukan beasiswa bersama adik- adiknya, Kardinah dan Rukmini. Ternyata Kardinah dan Rukmini terlebih dulu menemukan jodoh dan menikah sehingga tidak bisa belajar ke Belanda.

Akhirnya Kartini pun menyatakan pada Mr Abendanon bahwa ia pun tidak ingin lagi belajar ke Belanda. Kartini hanya ingin belajar di Jakarta. Pada perkembangannya, beasiswa belajar ke Belanda diusulkan Kartini agar dialihkan untuk Agus Salim.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline