Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RA Kartini, Pendekar Emansipasi Wanita

20 April 2019   21:31 Diperbarui: 20 April 2019   22:40 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RA Kartini. Gambar: cnnindonesia.com

Sambil menunggu waktu belajar di Jakarta, Kartini membuka sekolah gratis di Jepara. Sekolah ini untuk perempuan dan pelajarannya meliputi menjahit, bahasa Jawa, memasak dan menyulam.

Kemudian pada 8 November 1903 Kartini menikah dengan bupati Rembang, Joyoadiningrat. Joyoadiningrat adalah duda dengan beberapa anak. Kartini sangat menyayangi anak- anak tiri dan anak didiknya. Mereka diasuh seperti anak sendiri dengan penuh kasih sayang. Sampai akhirnya Kartini melahirkan putranya dan pada tanggal 17 September 1904 Kartini wafat.

Kartini Masa Kini
Perempuan Indonesia saat ini menikmati kesamaan hak dalam berbagai bidang. Tentunya ketika menikmati kesamaan tersebut maka tetaplah tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan.

Kodrat perempuan adalah menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, menjadi istri yang baik bagi suaminya. Selain itu bisa juga turut berkontribusi bagi kemaslahatan umat atau negara.

Kartini sendiri telah memberikan contoh tentang kasih sayang kepada anak tirinya. Pengabdian untuk keluarga yang diimbangi pengabdian untuk para perempuan lewat sekolah perempuan yang didirikannya. Itupun atas persetujuan sang suami.

Bagaimanapun restu suami memang wajib dikantongi para perempuan yang bekerja di luar rumah. Dan pastinya si perempuan harus bisa menjaga nama baik diri dan keluarga. Jangan sampai karir malah menghancurkan rumah tangga.

Seorang perempuan yang telah menikah memang menjadi milik suami. Itu yang harus disadari perempuan. Tetapi bukan berarti perempuan bisa diperlakukan semena-mena. Perempuan tetap memiliki hak atas dirinya untuk hidup tenang, bahagia dan kesetiaan suami. 

Selamat Hari Kartini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun