Salah satu unsur penting dari sebuah pertemuan adalah ditandai dengan berjabat tangan/berjabatan. Hal itu berarti bahwa sebuah pertemuan dianggap memiliki makna “khusus”. Bagi budaya Indonesia, berjabat tangan mengandung makna mempererat hubungan silahturahmi.
Pernahkan Anda berjabat tangan? Seberapa sering Anda berjabat tangan? Atau apakah sama sekali tidak pernah berjabat tangan? Mungkin jawabannya berbeda-beda. Kita memang harus mengakui bahwa berjabat tangan pertama sekali tidak tahu pasti kapan ditemukan dan diterapkan. Namun, satu hal yang pasti bahwa berjabat tangan merupakan suatu budaya yang memang sudah terjadi pada kebudayaan yang ada di dunia ini selama berabad-abad lamanya. Berjabat tangan sendiri dapat dimaknai secara beragam. Misalnya, ada anggapan berjabat tangan bermakna mempererat hubungan persaudaraan, berjabat tangan dapat dimaknai sebuah lambang atas kesalahan/meminta maaf, berjabat tangan dapat dimaknai sebagai bahasa tubuh seperti bentuk persetujuan dalam sebuah bisnis, berjabat tangan dapat juga dimaknai sebagai bentuk bahasa tubuh yang sopan saat berkenalan, dan yang paling umum berjabat tangan dimaknai sebagai bentuk ucapan terima kasih. Intinya, berjabat tangan dapat dikatakan semacam ritual singkat antara dua orang yang sedang bertemu. Selain itu, ada juga anggapan bahwa dengan berjabat tangan dengan mitra tuturakan menandakan keterbukaan kita kepadanya. Bahkan bagi budaya Indonesia sendiri berjabat tangan merupakan pemberian rasa hormat kita kepada orang yang sedang berada di hadapan kita.
Dari semua hal itu, kita dapat memaknai betapa beragamnya makna berjabat tangan. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila berjabat tangan akan menghadirkan marwah tersendiri bagi orang yang memberi jabat tangan dan bagi orang yang menerima jabatan tangan tersebut.
Jabat Tangan Ala Pejabat
Layaknya manusia lain yang sering berjabat tangan, seorang pejabat juga tidak luput melakukan jabat tangan sesaat dan seusai menghadiri pertemuan-pertemuan penting. Namun, bentuk jabat tangan yang dilakukan oleh sebagian pejabat tentunya tidak akan sama dengan jabat tangan yang kita lakukan pada umumnya sehingga ada yang mengaitkan bentuk jabat tangan pejabat dengan tindakan akhir yang ia perbuat. Oleh sebab itu, tidak menjadi rahasia lagi bahwa dibalik jabat tangan para pejabat terkadang diselipkan “amplop”. Masih ada sebagian pejabat yang senang berjabat tangan dengan diikuti suatu hadiah. Dalih yang sering muncul saat pemberian amplop sering dikategorikan sebagai ucapan terima kasih. Namun, kita tidak memungkiri bahwa pemberian itu adalah bagian strategi untuk memuluskan suatu rencana seseorang yang berkepentingan terhadap pejabat yang dimaksudkan. Berdasarkan hal itulah jangan-jangan memang ada kaitannya antara “rajinnya” pejabat berjabat tangan dengan kasus-kasus yang menimpanya.
Terkikisnya Marwah Pejabat
Tanpa ikut meremehkan para pejabat di negeri ini, sebagian pejabat seolah tidak memiliki marwah lagi. Apakah dia itu sebagai pejabat pemerintahan, pejabat politik/elite politik, dan pejabat setingkat menteri tampaknya sudah kehilangan marwahnya atau pamornya sebagai pejabat akibat tingkah lakunya sendiri. Banyak pejabat yang tersandung kasus oleh karena salah mengartikan fungsi jabatannya. Pejabat yang merasa memiliki wewenang/kuasa malah menyalahgunakannya. Oleh karena itu, orang-orang yang bertemu pejabat akan salah mengartikan makna jabat tangannya. Misalnya, saat menghadiri suatu pertemuan resmi, orang-orang yang disekitarnya pasti menjabat tangan sang pejabat. Hal itu boleh dikonotasikan sebagai hal yang positif dan negatif. Realitanya, tidak jarang kita mendengar dari pemberitaan bahwa ada pejabat yang tertangkap tanganatau tertangkap basah yang melakukan tindakan yang tidak terpuji. Tentu hal itu akan menandakan pada makna yang konotasinya buruk. Jika dicermati secara saksama, kemungkinan besar ada hubungan antara pejabat yang melakukan korupsi dengan tindakan berjabat tangan yang ia perbuat saat pertemuan.
Contoh kasus yang cukup menggemparkan dan penanganannya sampai hari ini masih ditindaklanjuti adalah persoalan dugaan korupsi yang dilakukan mantan ketua MK Akil Mochtar. Penangkapan mantan ketua MK tersebut jelas-jelas diakui oleh KPK bahwa penangkapan itu karena Akil Mochtar tertangkap tangan oleh KPK. Tentu sebelum penangkapan itu, mantan ketua MK itu pasti sedang melakukan transaksi dan kemudian diakhiri jabat tangan sebagai tanda persetujuan kedua belah pihak. Namun, nasib sial yang ia terima malah sebelum tindakan berjabat tangan itu dilakukan, ia sudah tertangkap tangan.
Jelas dari perbuatan itu, secara institusi marwah MK jatuh. Bahkan kebanyakan orang menganggap pesimis pada pejabat di Indonesia khususnya mereka-mereka yang berkaitan langsung dengan permasalahan hukum. Institusi sekelas MK saja sudah kehilangan marwahnya, bagaimana dengan institusi penegak hukum lainnya? Bagaimana dengan para pejabat yang berkaitan langsung dengan pekerjaan sebagai penegak hukum? Tentu secara gamblang dikatakan bahwa tingkat kepercayaan pada lembaga hukum seolah sudah terkikis. Bila pejabatnya sudah kehilangan marwah tentu lembaganya akan ikut serta mendapat imbasnya.
Menunggu Waktu
Dari peristiwa itu, bila ingin mengembalikan marwah institusi pada kondisi sebelumnya, tentunya salah satu cara yang terbaik adalah memberikan kejelasan hukum bagi pejabat yang telah tertangkap tangan. Memang perkara itu tidaklah mudah untuk diungkapkan. Bahkan membutuhkan proses yang begitu panjang. Oleh karena itu, kita hanya berharap penanganan kasus tersebut akan segera rampung seiring dengan waktu sebagai peretas kebenaran. Biarlah waktu yang akan menjawab segala misteri dalam kasus itu sembari KPK tentunya bekerja secara komprehensif.
Semoga waktu yang kita tunggu-tunggu merupakan momentum pencerahan kasus-kasus yang selama ini masih belum jelas keberadaannya. Menunggu waktu bukan berarti kita hanya berpangku tangan. Akan tetapi, kita tetap melihat perkembangannya dengan memberi masukan dan kritikan demi terarahnya kasus yang ditangai oleh KPK. Dengan demikian, persoalan jabat tangan oleh pejabat yang tertangkap tangan dan dengan sejumlah kasus korupsi yang menimpanya akan terbuka dengan terang-benderang. Mari memaknai arti berjabat tangan yang sesungguhnya.
Biodata
Nama Lengkap :Jonter Pandapotan Sitorus, S.Pd.
Pendidikan: Sedang MenempuhS-2 Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI
Pekerjaan: Staf Pengajar Bimbingan Belajar Ganesha Operation (GO), Bandung
Alamat: Jalan Geger Kalong Tengah Nomor 15/174 A, RT 04/RW 03
Kelurahan Geger Kalong, Kecamatan Suka Sari, Kota Bandung
No. HP: 081397664021
E-mail: jonter_sitorus@yahoo.com/sitorusjonter@gmail.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI