Lihat ke Halaman Asli

Johannes Louis

Mahasiswa STFT Widya Sasana, Malang

Keduanya Satu

Diperbarui: 22 September 2021   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pernahkah kalian membayangkan hidup di dua dimensi berbeda, hidup dengan dua keluarga berbeda, dan hidup tanpa arah yang jelas. Singkatnya itu hal yang mustahil terjadi bagi setiap orang. Tapi, apa jadinya kalau itu terjadi. Mungkin tidak mustahil bagiku. Aku Alita sekaligus Aleta. Aku dua orang berbeda dengan satu kepribadian yang hidup di dua dimensi.

Dimensi Bumi

Aku Alita, seorang anak perempuan yang memiliki sifat penakut. Satu hal yang paling kutakuti adalah bertemu orang asing. Sejak kecil aku hanya mengenal keluarga dan seorang pembantu di rumahku. Aku tidak memiliki teman. Teman bagiku seperti kertas yang mudah terbakar, dan pembakarnya adalah aku.

Suasana suram, dingin, dan lembab selalu menemani hari-hariku di kamar. Aku jarang keluar kamar, tapi orang tuaku tidak mempermasalahkannya. Mereka sibuk dengan pekerjaan masaing-masing. Aku punya kakak laki-laki. Setahuku dia sudah memulai hidup baru di Surga. Tapi aku tidak peduli. Aku lebih suka sendiri.

Kadang tiupan angin menerpa sehelai kain gorden yang menutup jendelaku, memaksaku untuk menggerakkan ragaku yang lemah untuk bangun dari ranjang. Pintu kamar selalu kukunci menghindari orang tak diundang masuk kamar. Tidak ada satupun yang kuperkenan masuk dalam kamar bahkan meski itu orang tuaku. Aku sendiri, tapi aku senang.

Tidak tau apa yang merasuki diriku, waktu itu tiba untuk kali pertamanya aku melangkahi lantai di luar kamarku dengan kaki yang membawa ragaku untuk mengelilingi lingkungan rumah. Tiba-tiba secercah cahaya muncul ditemani bayangan seseorang. Aku gemetar lebih parahnya lagi kakiku seperti dipaku ke lantai. Aku tidak bisa melangkahkan kakiku. Bayangan itu besar, sebesar dua kali lipat dari tubuh manusia. Sontak aku berteriak

“Arrrghh… Berhenti!” Teriakku dengan keras sembari menutup mata.

“Nona Alita? Kamu keluar dari kamar?” kata bayangan itu dengan suara terkejut.

“Diam! Jangan mendekatiku.” Tiba-tiba sekujur badanku bercucuran setitik air dingin, rasa takut itu lagi-lagi menyerang setiap kali aku merasa berjumpa dengan orang asing.

“Nona, jangan takut ini saya bibi Mary.” Kata bibi dengan nada lembut sambil menenangkanku.

“Benar itu bibi?” Tanya Alita dengan rasa takut masih menggerogoti dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline