Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Kunci Transkripsi Dialek Hokkien Dipegang oleh... Bahasa Indonesia

Diperbarui: 24 April 2021   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Catatan Harian, 19 September 2019
Sebuah Hasil Penelitian

Siapa di antara kita semua yang bisa (tepatnya: mau) menguraikan secara rinci artwork pada selembar uang kertas, katakanlah Rp. 100.000, selain hanya mengidentikasi adanya gambar bung Karno-bung Hatta? Kita tidak pernah mempedulikan artwork rinci itu, karena yang penting kita tahu persis nilai nominal dari uang kertas tertentu yang bisa kita manfaatkan untuk membeli apa saja. Tak mungkin tidak ada yang mengoreksi atau mengingatkan (entah itu oleh pembeli maupun penjual) jika uang kertas yang kita gunakan menyandang nilai nominal yang berlebih, apalagi  jika kurang!

Hal yang sama terjadi pada kamus.

Bahasa Indonesia memiliki kelebihan berupa transkripsi fonetik yang relatif lebih sederhana. Transkripsi fonetik saya analogikan dengan artwork uang kertas dan dengan demikian kita bisa menyebutnya artwork kata dalam kamus. Mengapa demikian?

Agar kita tidak panjang lebar, kita ambil contoh vokal saja: a i u e o. Dalam bahasa Indonesia kita membaca kelima vokal ini secara konsisten, tak pernah berubah walau vokalnya berada di mana pun (di sini saya juga tidak melebarkan pembahasan ke vokal yang dibagi lagi menjadi vokal pepet dan taling dari "e").

Tapi coba kita lihat satu vokal saja dalam bahasa Inggris (kita tidak usah menggunakan simbol fonetik untuk membahasnya): "a."
Pembelajaran bunyi vokal ini dimulai dari alfabet: a dibaca ei.
Sekarang, coba perhatikan bunyi "a" dalam: man, main, master, mall.
Bunyi pengucapannya berbeda bukan?

Nah, sekarang kita lihat bagaimana transkripsi fonetik, satu kata saja dalam Kamus Merriam-Webster, phonetic.

https://www.merriam-webster.com/

Siapa orang di dunia ini yang mau mempelajari transkripsi fonetik yang simbolnya saya beri bergaris bawah merah pada gambar di atas? Sama halnya dengan . (dit) dan - (dah) pada kode Morse, simbol-simbol itu asing bagi otak kita sehingga sangat sulit diproses.
Contoh kode Morse:
a: .-
SOS: ...---...
Siapa pun yang mempelajari kode Morse akan menghabiskan banyak waktu untuk menguasainya, padahal kita bisa menggunakan cara yang jauh lebih mudah dan jauh lebih cepat.

Metode penemuan saya, Metode Sim-ak (Simplifikasi-akselerasi) Johan Japardi dengan Aplikasi Pembelajaran Apa Saja bisa kita gunakan (bocoran nih). Caranya? Ganti dengan angka, cuma 1 dan 3 saja kok. Kenapa? Karena - (dah) panjangnya 3 kali . (dit)
Jadi:
a: 13
SOS: 111 333 111 (tripel 1 tripel 3 tripel 1)
Saya pastikan akan lebih mudah masuk ke dalam otak!

Sampai di sini saya mengharapkan bahwa penjelasan saya cukup jelas.

Sekarang kita bahas dialek Hokkien. Agak rumit, tapi saya usahakan untuk membuatnya sesederhana mungkin.
Di China, orang Hokkien digolongkan ke dalam bagian suku Han, provinsi asal mereka adalah Fujian. Bahasa Nasional China adalah Mandarin. Fujian adalah istilah Mandarin dan dalam dialek Hokkien sendiri dibaca: Hokkien.

Dari segi bahasa, Hokkien menjadi salah sebuah dialek dari Mandarin, dalam bahasa Mandarin dialek ini disebut Minnan, dialek Hokkien untuk Minnan adalah Hokkien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline