Lihat ke Halaman Asli

jeremy gavin osmond

Mahasiswa UKI

Menghidupkan Pancasila, Mewujudkan Indonesia Emas.

Diperbarui: 22 April 2025   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun 2045 tinggal dua dekade lagi. Indonesia akan genap berusia satu abad—usia matang bagi sebuah bangsa untuk menjadi pemimpin regional, bahkan global. Pemerintah telah merumuskan visi besar bernama Indonesia Emas 2045, yang mencakup empat pilar utama: pembangunan manusia, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan (Bappenas, 2021).

Namun, semua ini tidak akan berarti jika fondasi moral dan ideologis bangsa rapuh. Kita bisa saja membangun gedung pencakar langit dan menguasai teknologi canggih, tapi tanpa nilai, kita hanya menciptakan negara kuat yang kosong makna. Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali Pancasila—bukan hanya sebagai lambang, melainkan sebagai panduan nyata kehidupan berbangsa.

Pancasila: Di Antara Simbol dan Realita

Menurut survei Lembaga Survei Indonesia (2023), hanya 27% anak muda yang memahami nilai-nilai dasar Pancasila secara utuh. Sementara itu, lebih dari 50% responden usia 17–30 tahun menyatakan bahwa mereka lebih banyak menerima informasi ideologis dari media sosial ketimbang pendidikan formal.

Ironis, karena Pancasila seharusnya menjadi “ruh” dalam setiap aspek kehidupan. Ketika intoleransi meningkat, saat hoaks dan ujaran kebencian menjadi konsumsi harian, dan ketika keadilan sosial masih jauh dari merata—kita melihat bahwa Pancasila belum sungguh-sungguh hadir di tengah masyarakat.

Kasus intoleransi, misalnya, masih terjadi di berbagai daerah. Data dari Setara Institute (2023) mencatat bahwa pada tahun 2023 terdapat 266 pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Angka ini memperlihatkan bahwa nilai-nilai seperti kemanusiaan dan persatuan belum sepenuhnya terinternalisasi dalam kehidupan sosial kita.

Mengapa Harus Dihidupkan?

Menghidupkan Pancasila berarti mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. Ini bukan sekadar hafalan teks atau formalitas upacara. Pancasila seharusnya menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan zaman—mulai dari krisis identitas, konflik sosial, hingga ketimpangan ekonomi.

Misalnya, sila keadilan sosial bisa menjadi landasan dalam mendesain kebijakan ekonomi yang tidak hanya pro pasar, tetapi juga pro rakyat kecil. Sila kemanusiaan menuntun kita untuk membela kaum rentan, termasuk buruh, penyandang disabilitas, dan kelompok minoritas.

Lebih dari itu, Pancasila menawarkan nilai kebersamaan yang sangat kita butuhkan di era individualisme digital ini. Di tengah maraknya budaya instan dan kompetisi tanpa empati, Pancasila mengingatkan kita bahwa bangsa ini berdiri karena kerja kolektif dan semangat gotong royong.

Peran Generasi Muda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline