Lihat ke Halaman Asli

YAKOB ARFIN

TERVERIFIKASI

GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Mencicipi "Dewondarru", Buah Sarat Mitologi Pegunungan Kawi

Diperbarui: 16 Juni 2016   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dewo Ndaru berarti dewa pembawa wahyu/mukjizat, bagi orang jawa kental dengan mitos (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Awal Januari lalu (1/1), saya berkesempatan (bukan kesempatan emas) duduk di bawah Pohon Dewondarru, di Desa Peniwen, Malang, Jawa Timur. Dari namanya, terdengar seperti mengandung penggalan kata "Dewa", dalam bahasa jawa dilafalkan sebagai "Dewo". Ya, barangkali saya sedang duduk di bawah pohonnya dewa. Tahun baru yang cukup sempurna dan istimewa.

Kata orang, pohon ini mengandung kisah yang agak mistis. Ada mitologi atau kepercayaan orang tertentu tentang pohon ini.

Ini baru kata orang, yang ceritanya sudah sering terdengar. Apalagi bagi orang-orang yang "rajin" sowan ke Gunung Kawi. Katanya sih ingin dapat berkat atau pesugihan. Tapi entahlah, saya pribadi tidak meyakini.

[caption caption="Griya kuno mbah kakung di Desa Peniwen, Kecamatan Kromengan, Malang, Jawa Timur. bentuk kusen dan jendela klasik pedesaan. (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Terlepas dari mitologi yang beredar, saya cukup merasa senang pada tahun baru 2016 lalu saat sambang ke rumah mbah kakung. Dan kebetulan, Pohon Dewondarru ini tampak berbuah ranum. Hijau, kuning, jingga, dan merah warnanya. Gradasi warna yang menyegarkan mata.

Apalagi, dari Desa Peniwen, tempat di mana mbah kakung saya tinggal, bisa berhadapan langsung dengan Gunung Kawi bila tidak mendung atau berkabut. Sungguh liburan di pedesaan yang menawan.

[caption caption="Suasana Desa Peniwen di pagi hari. Punggung Gunung Kawi tampak dari kejauhan. (Foto: YAKOB ARFIN)"]

[/caption]Uniknya, desa ini bersanding dengan rupa-rupa mitologi Puncak Kawi yang tak awam lagi didengar telinga. Bagi saya ini cuma kebetulan. 

Oh ya, pohon Dewondaru yang ada di halaman rumah mbah kakung ini usianya nyaris seusia bapak saya. Meski kecil dan mungil, usia pohon ini hampir 54 tahun. Ditanam sebagai salah satu pengisi halaman untuk menyambut para tamu yang singgah ke rumah ini.

Jarang-jarang saya menemukan pohon ini berbuah. Mungkin hanya setahun sekali. Sepertinya, pohon ini kerap berbuah hanya pada momen tutup buka tahun. "Ah, pintar sekali dia memilih waktu untuk berbuah," begitu saya pikir.

Pada pagi yang masih sejuk dingin dengan sedikit tarikan denyar mentari, saya duduk di bawah Pohon Dewo ini. Kagum dan bergumam akan indahnya.

Sesekali saya tarik dahan dan rantingnya, dan memetik buahnya yang merah seperti merahnya buah Cherry. Setelah dikecup dan digigit sedikit "hmmm.... ampunnn kecut banget, asyem rasanya," dasar cah ndesso.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline