Lihat ke Halaman Asli

Iyouri Marelita Hantaufik

Mahasiswa Universitas Airlangga

Optimalisasi Rantai Pasok Pertanian dengan IoT: Peran Teknik Industri di Era Revolusi 4.0

Diperbarui: 4 Mei 2025   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Kerugian 25-40% hasil panen diakibatan rantai pasok yang tidak efisien (Kementan, 2022). Revolusi Industri 4.0 sebagai peluang untuk menjawab masalah klasik di sektor pertanian Indonesia: Adanya integrasi Internet of Things (IoT) dan analitik data dapat mengubah paradigma ini.  Teknik Industri, dengan pendekatan sistematis dalam mengoptimalkan proses, berperan merancang sistem yang memadukan teknologi dan kebutuhan petani. Bagaimana caranya? Mari kita bahas!

IoT sebagai Solusi Pengelolaan Hasil Panen yang Presisi

Salah satu masalah utama pertanian adalah kehilangan pasca panen akibat penyimpanan dan distribusi yang buruk. Teknik Industri menawarkan solusi melalui sensor IoT yang dipasang di gudang penyimpanan. Alat ini memantau suhu, kelembaban, dan kualitas komoditas secara real-time. Data tersebut dikirim ke platform berbasis cloud untuk dianalisis, sehingga petani bisa mengambil keputusan cepat. Contoh nyata: startup TaniHub menggunakan IoT untuk memprediksi masa simpan beras, mengurangi kerugian hingga 30%.

Di tingkat distribusi, smart tracking berbasis GPS membantu mengoptimalkan rute pengiriman. Sistem ini mengurangi waktu transit dan biaya logistik sesuai prinsip lean supply chain yang diajarkan di Teknik Industri. Di Kabupaten Malang, penerapan IoT pada rantai pasok bawang merah berhasil menekan pembusukan dari 20% menjadi 8% dalam 6 bulan (Litbang Pertanian, 2023).

Integrasi Data dan Kolaborasi Multisektor

Keberhasilan IoT tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kolaborasi multidisiplin. Di FTMM Unair, mahasiswa Teknik Industri diajarkan untuk merancang sistem yang bisa melibatkan petani, distributor, dan pemerintah. Contohnya, proyek integrasi data cuaca dari BMKG dengan IoT untuk memprediksi waktu panen optimal. Hasilnya, petani di Jawa Timur bisa meningkatkan produktivitas kedelai 15% tanpa menambah lahan.

Tantangan terbesar adalah adopsi teknologi oleh petani tradisional. Di sinilah peran human centered design konsep Teknik Industri yang menempatkan pengguna sebagai pusat inovasi. Pelatihan berbasis simulasi dan pendampingan oleh mahasiswa melalui program KKN Tematik menjadi kunci. Startup eFishery sukses mengajak 50.000 petani menggunakan IoT berkat pendekatan edukasi bertahap.

Masa Depan: Dari IoT Menuju Pertanian Berkelanjutan

Revolusi 4.0 bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga keberlanjutan. Teknik Industri Unair mendorong riset pemanfaatan IoT untuk mengurangi limbah pertanian. Misalnya, pengolahan data residu panen menjadi pupuk organik melalui sistem smart composting. Di Nusa Tenggara Barat, teknologi ini membantu 200 petani mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia hingga 40%.

Kunci keberhasilan adalah kolaborasi global. Program pertukaran mahasiswa dengan universitas di Belanda (seperti Wageningen University) membuka akses ke inovasi IoT terbaru. Dengan semangat ini, Indonesia bisa menjadi contoh transformasi pertanian berbasis Teknik Industri 4.0 yang inklusif dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline