Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Cara Menulis yang Konstruktif

Diperbarui: 17 September 2017   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis (https://ak5.picdn.net)

Be patient, work hard and consistently, have faith in your writing, and don't be afraid to listen to constructive criticism. -- Jonathan Galassi

Setiap tahun, saya diberi tugas oleh LPPM di kampus sendiri atau kampus lain, untuk melakukan review terhadap proposal dosen dalam kegiatan penelitian.  Saya melakukan review berdasarkan standar evaluasi, atau berdasar panduan penulisan proposal yang disusun oleh Kemenristekdikti.  Standar dan panduan sudah sangat dan teramat jelas, dan mudah dipahami.  Pada prinsipnya, Kemenristekdikti ingin membantu para dosen agar meningkatkan kompetensi riset, dan menjalankan amanah agar memberi manfaat keilmuan dan kemasyarakatan.

Namun, saya juga selalu prihatin saat review tersebut, meski hal ini normal saja.  Keprihatinan tersebut bersumber dari hasil review yang tidak memuaskan.  Proposal yang tidak memuaskan itu antara lain tidak cocok dengan skim riset, substansi proposal kabur, rumusan masalah tidak mudah disederhanakan, atau ruang lingkup yang melebar.  Belum lagi cara menulis yang tidak teliti, penulisan referensi yang tidak baku, atau format yang tidak indah.  Membaca judul saja,.. perlu energi besar untuk memahaminya. 

Pengalaman itu terkadang membuat saya tidak percaya diri.  Jangan-jangan cara berpikir saya yang salah.  Karena itu saya juga sering membaca judul proposal-proposal yang lolos review, yang dievaluasi oleh reviewer dari kementerian.  Hampir semua proposal yang lolos review itu punya judul yang simpel.  Saya langsung nyambung meski tidak linier dengan substansi keilmuan proposal tersebut. 

Sebaliknya, ada yang menghibur saat review proposal yang bagus.  Mengapa? Karena proposal memuat hal-hal yang sederhana, jelas, dan fokus.  Ruang lingkupnya jelas dan mudah diikuti.  Saya banyak belajar dari proposal yang bagus ini.

------------

Menjadi dosen dan mengemban amanah jabatan memungkinkan bertemu dengan banyak orang, memberi pengalaman yang sangat berharga.  Dalam interaksi itu, saya menemukan orang-orang yang berpikirnya maju, sikap dan perilakunya positif dan konstruktif.  Setiap kali bertemu mereka, sangat konstruktif, nyambung, efisien dan hasilnya nyata.  Saat berdiskusi selalu mendasarkan pada acuan, aturan, atau konsep yang jelas.  Kami biasa membawa dokumen, atau catatan tertentu, agar fokus.  

Tulisan sangat membantu tugas dan pekerjaan.  Ini saya manfaatkan betul.  Tulisan berupa pesan atau sekedar info saya berikan kepada orang-orang, agar kita mengerti posisi masing-masing, dan saling memahami.  Tulisan saya sampaikan melalui catatan ringkas atau melalui pesan singkat sms atau WA

Tulisan mencerminkan cara berpikir seseorang.  Tulisan mencerminkan konstruksi kehidupan, apa yang sedang terjadi, akan dilakukan, atau pengharapan.  Tulisan yang mudah dimengerti oleh pembaca, bermakna penulisnya telah memberi pemahaman kepada pembaca.  Tulisan yang positif akan memberi pengaruh positif kepada seorang, bisa menyemangati, meningkatkan kinerja, atau menghargai orang.  Tulisan juga adalah bentuk perhatian seperti halnya menyapa, berterimakasih atau menyambut asal disampaikan dengan sopan, beretika dan proporsional.

Sebaliknya kalau hati sedang tidak enak, maka jangan menulis apapun.  Mengapa? Kalau hati sedang galau, bad mood, sedih atau uring-uringan, maka tulisan tidak akan obyektif, tidak lebih seperti keluhan, umpatan atau menyindir negatif.  Penulis dipandang sebagai orang yang tidak mampu mengendalikan diri, emosional, suka mengeluh dan baper euuiii..  .  Ini yang sekarang teramati, banyak dilakukan orang melalui medsos, termasuk ujaran kebencian, hoax, menyerang pihak lain.

Menulis atau membuat tulisan perlu dilatih, seperti halnya seseorang berlatih dalam bersikap, berbicara dan berperilaku dalam kehidupan.  Berlatih menulis memerlukan waktu, banyak membaca, memahami fenomena, menguasai substansi, melakukan analisis, menyusun prioritas, menggunakan tekanan, dan membuat alur tulisan.  Itu memerlukan kesabaran, ketangguhan, berpikir positif, dan pastinya harus menulis terus menerus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline