Lihat ke Halaman Asli

Subhans

Pelajar/Mahasiswa

Artificial Intelligance Membuat Mahasiswa Kurang Kritis: Mitos atau Fakta?

Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generator: Gemini AI

Artificial Intelligence Membuat Mahasiswa Kurang Kritis: Mitos atau Realitas di Era Digital? Sebuah gelombang teknologi baru telah melanda dunia pendidikan tinggi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Data survei terbaru menunjukkan sebuah angka yang mencengangkan: 95% mahasiswa di Indonesia telah memanfaatkan Generative Artificial Intelligence (GenAI) dalam proses pembelajaran mereka. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat tertinggi di antara 15 negara yang disurvei, menandakan bahwa adopsi AI bukan lagi sekadar tren, melainkan sebuah realitas fundamental dalam ekosistem kampus saat ini.

Namun, di balik efisiensi dan kemudahan yang ditawarkan, muncul sebuah paradoks yang menjadi inti perdebatan. Di satu sisi, AI menjanjikan akses instan terhadap informasi, kemampuan untuk merangkum materi kompleks, dan bantuan dalam mengerjakan tugas dengan lebih cepat. Di sisi lain, muncul kekhawatiran mendalam bahwa ketergantungan pada "asisten cerdas" ini justru dapat menumpulkan kemampuan berpikir kritis—sebuah kompetensi fundamental yang seharusnya menjadi tujuan utama pendidikan tinggi. Apakah AI benar-benar membuat mahasiswa menjadi pemikir yang pasif, atau mungkinkah ia bisa menjadi alat untuk mengasah nalar ke tingkat yang lebih tinggi?

Mengapa AI Menjadi "Asisten Pribadi" Setiap Mahasiswa?

Mengapa AI begitu cepat merasuk ke dalam kehidupan akademik? Pertama, faktor efisiensi dan manajemen waktu menjadi pendorong utama. Mahasiswa dilaporkan menggunakan AI untuk mempercepat proses belajar dan menghemat waktu di tengah beban kerja akademik yang berat. Dalam sebuah survei, 55% mahasiswa Indonesia menyatakan AI membantu mereka belajar lebih cepat. Kemampuan AI untuk merangkum konsep-konsep rumit atau mengubah materi kuliah yang padat menjadi poin-poin penting menjadi strategi bertahan yang efektif di lingkungan akademik yang kompetitif.

Kedua, AI telah mengambil peran sebagai "tutor sesuai permintaan". Alat seperti ChatGPT berfungsi sebagai mentor virtual yang tersedia 24/7, memberikan penjelasan dan umpan balik instan ketika sumber daya tradisional seperti jam kerja dosen tidak tersedia. Ini terbukti sangat berharga bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar atau membutuhkan penjelasan materi dengan gaya yang berbeda.

Ketiga, pemanfaatan AI tidak terbatas pada tugas-tugas repetitif. Mahasiswa juga menggunakannya untuk dukungan tugas kompleks dan kreatif. Mereka memanfaatkan AI untuk menghasilkan ide-ide awal untuk proyek , menyarankan topik penelitian , dan bahkan sebagai mitra diskusi untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

Terakhir, AI berfungsi sebagai alat untuk mengatasi hambatan personal. Bagi mahasiswa yang bukan penutur asli bahasa Inggris, AI menjadi alat vital untuk memeriksa tata Bahasa dan meningkatkan kepercayaan diri dalam penulisan akademis.

Generator: Gemini AI

AI di Ruang Kuliah Indonesia

1. Dimensi Waktu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline