Lihat ke Halaman Asli

Di Tepi dan Berjasa

Diperbarui: 2 Juli 2021   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Panggilan video dijawab dan kamera depan layar telepon genggam itu menunjukkan tatapan dan wajah letih dari seorang wanita. Hijab warna abu dan pencahayaan yang kurang menjadi kombinasi yang pas untuk menyorot lingkar hitam di bawah mata wanita itu. “Halo!” sapa Ica sambil mengelap keringat di dahinya.

Ica seorang petugas kebersihan di salah satu rumah sakit di Jakarta. Membersihkan ruang operasi merupakan tanggung jawabnya.

Membersihkan merupakan kegiatan yang terdengar mudah dengan kata sederhana. Namun, Ica bukan hanya membersihkan untuk menghilangkan darah-darah di lantai ruang operasi. Ia juga menyeterilkan seluruh peralatan yang telah dipakai.

“Bukan ngepel lantai doang. Saya juga bersihin alat operasi yang telah dipakai. Bersihkannya pun bukan cuma dicuci, tetapi harus disterilkan,” jawab Ica sedikit menerangkan pekerjaannya.

Di tengah pandemi yang belum usai ini, tentu menambah beban dan resiko pekerjaannya. Ia bekerja selama 8 jam di rumah sakit, bertemu dengan banyak pasien COVID-19. Rumah sakit tempat ia bekerja merupakan rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit rujukan jika ada pasien yang suspect maupun positif COVID-19.

Ica merupakan mereka yang di tepi, tetapi berjasa. Tidak banyak yang membicarakan perjuangan petugas kebersihan di rumah sakit di tengah situasi yang jauh dari kata selesai.

Semua berbondong-bondong menyuarakan pendapat, membuat narasi, melontarkan kalimat-kalimat semangat kepada mereka—para dokter dan perawat. Seakan lupa atau tidak peduli pada mereka—petugas kebersihan—yang turut dalam kelelahan, kepada mereka yang sebenarnya juga berjasa besar dalam memutus rantai penyebaran virus ini.

Ketika dokter dan perawat menangani pasien COVID-19 menggunakan APD. APD tersebut setelah selesai digunakan harus benar-benar ditangani agar tidak menjadi jalan bagi virus. Ini merupakan tanggung jawab besar bagi petugas kebersihan.

Menurutnya, masih ada dokter dan perawat yang abai akan APD yang sudah mereka pakai.

“Kadang kalau habis pakai APD, mereka lepas, ya, lepas saja. Ditaruh di lantai. Saya selalu sediakan tempat khusus pembuangan APD tersebut. Pernah juga ada yang lempar gitu aja sarung tangan yang habis dipakai,” jelasnya sambil tertawa getir.

Wanita ini mengaku tidak sakit hati dengan perlakuan dokter dan perawat yang sembarangan melepas APD dan tidak membuang ke tempatnya. Ia memahami itu bagian dari pekerjaan yang tidak boleh dikeluhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline