Lihat ke Halaman Asli

Puisi untuk Para Ibu

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

puisi ini telah dimuat di media massa pada tahun pembuatan, dan telah terhimpun dalam buku puisi KOTA CAHAYA (penerbit Grasindo, 2005). aku angkat di catatan ini untuk merayakan Hari Ibu pada 22 Desember 2010: cintailah ibu sebagaimana ia mencintaimu, bukalah surga dari kunci yg dipegang ibu.

SAATNYA AKU MENGERTI buat ibuku Ratminah sisakan garam dari tubuhmu, ibu. sudah bermalam-malam kukeringkan air laut menajamkan pisau usiaku tapi kenapa aku lebih suka menikmati garam yang diulang dari tubuhmu? aku tak pernah jadi perahu di lautmu, ibu. padahal telah kurekam beribu-ribu ayatmu di hatiku. jadi lembar- lembar kitab yang terbuka: tapi wajahmu selalu hilang dan datang seperti gambar televisi yang tak mampu kubaca ibu, ingin kukeringkan air laut dari tubuhmu hingga jadi garam biar lauk hari-hariku punya rasa. ingin kuperas garam dari tubuhmu dengan sejuta matahari yang kupetik dari pohon-Nya saatnya kini aku mengerti garam dari tubuhmu sangat kurindu. padahal laut yang bergelora dari sela-sela hatimu mulai menepi, dan aku kembali ziarah ke dalam mimpi-mimpi besarmu yang belum juga seluruhnya rampung! ibu, aku ingin kembali ziarah ke dalam pangkuan lautmu. seperti perahu yang masuk ke galangan lantaran telah karat. sebab peradaban telah membuatku makin jauh dari lidah asin-manismu Madura, Juni 1996  bertahan utk keluarga




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline