Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

Mitos-Mitos Keliru Seputar Obat (Part 2)

Diperbarui: 6 Oktober 2025   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi.

"Duh, persendian gue sakit nggak sembuh-sembuh deh. Kenapa ya?" keluh Mawar ketika mereka sedang santai sepulang bekerja sambil ngopi-ngopi cantik di sebuah kafe.

"Lo nggak mau periksa ke dokter? Daripada lo minum obat-obat gak jelas?" komentar Melati.

"Nggak ah, males. Ntar gue beli obat herbal di toko langganan gue aja. Dua hari lalu gue dikasih obat herbal, langsung cespleng. Badan gue berasa langsung segar," lanjut Mawar.

"Ih, lo nggak takut tuh obat herbal ada kandungan macem-macem?" tanya Melati khawatir.

"Ya nggak lah, obat herbal kan udah pasti lebih aman. Kan bahan-bahannya alami," balas Mawar santai.

Kondisi percakapan di atas masih sering saya temui di kalangan masyarakat awam. Tapi nyatanya pemikiran bahwa obat herbal lebih aman daripada obat kimia hanyalah mitos belaka. Pada artikel sebelumnya, saya sudah memberikan penjelasan terkait beberapa mitos seputar obat yang perlu diketahui. Berikut beberapa mitos lainnya beserta fakta dan penjelasannya:

Mitos 8: Pemberian vaksin pada anak secara bersamaan pada satu waktu dapat menimbulkan efek samping berbahaya

Beberapa vaksinasi memang diberikan secara bersamaan (imunisasi ganda) seperti DPT (difteri, pertussis, tetanus), MMR (measles, mumps, rubella), dan vaksin polio, hepatitis B, HiB (Haemophilus influenzae Tipe B). Vaksinasi kombinasi telah digunakan sejak lama dan terbukti aman dan efektif. Berdasarkan rekomendasi WHO, vaksinasi kombinasi bertujuan antara lain:

  • Menghemat waktu dan biaya dengan menurunkan frekuensi kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan,
  • Mengurangi jumlah injeksi sehingga mengurangi rasa tidak nyaman bagi anak-anak,
  • Membantu anak mencapai target vaksinasi lengkap sesuai kebijakan nasional.

Dan sesuai prosedur imunisasi, bayi atau anak diminta menunggu selama kurang lebih 30 menit untuk pemantauan kemungkinan terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), supaya dapat ditangani lebih awal. Tenaga kesehatan juga memberikan informasi bagaimana cara mengatasi KIPI yang muncul setelah bayi atau anak sampai di rumah, termasuk pemberian obat. Oleh sebab itu dianjurkan agar bayi atau anak dalam kondisi sehat pada saat menerima imunisasi.

Mitos 9: Kalau suatu obat dapat menyembuhkan orang lain, pasti akan manjur juga untuk saya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline