Lihat ke Halaman Asli

Irfan Suparman

Fresh Graduate of International Law

Ruang Singgah Postmodernisme?

Diperbarui: 15 Januari 2021   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wallpapercave.com

Dimana kah kita saat ini, dunia seperti apa yang kita harapkan untuk kita tinggali. Bersama masyarakat yang bagaimana dan keadaan mental mereka bagaimana.

Hidup pada zaman dimana seorang laki-laki memperlakukan dirinya seperti seorang perempuan dan seorang perempuan menyuarakan kehidupan tanpa laki-laki. Apa kita masih mengangankan kehidupan tanpa kelas sosial agar manusia bisa mengakui kesetaraan sesama manusia.

Sejatinya manusia hanyalah makhluk yang dapat berpikir untuk menciptakan sesuatu, mencari jawaban atas permasalahan dan menghayal.Lalu untuk apa agama di dunia ini ada sementara kita semua sama. Ini lah ruang singgah postmodernisme, sebuah jawaban atas kebingungan orang-orang modern terhadap apa yang mereka jalani.

Selayaknya ruang tentunya kami menghadirkan dimensi. Mari bayangkan ruang itu adalah ruang tamu yang didalamnya hanya terdapat satu sofa, meja kayu dan televisi diatas meja kemudian ada juga remote dan lukisan van gogh di dinding. Ada kaktus di pojok kanan dinding. Semua cat dinding ini berwarna abu-abu gelap namun diterangi dengan cahaya jingga lampu dan pendingin ruangan. Mari kita saksikan Televisi ini.

Tayang pertama, menampilkan seorang Jean-Francois Lyotard. Ia merupakan seorang ahli filsafat atau bisa disebut juga filsuf Postmodern karena bukunya yang berjudul "The Postmodern Condition: A Report on Knowledge" pada tahun 70-an.

Menurut Lyotard, Postmodernisme merupakan kritik atas metafisk, fondasionalisme dan modernisme itu sendiri. Jadi postmodernisme itu sebuah kritik yang ditujukan untuk mengkritik hal-hal yang ghaib atau yang tidak kelihatan, Postmodernisme juga mengkritik terhadap ideologi-ideologi yang ada yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik serta hal-hal yang dianggap memudahkan manusia dan prinsip kerja teknologi dan mesin yang menjadi kebanggaan modernisme.

Populernya Postmodernisme atau yang akan akrab disebut sebagai posmo berikutnya mengangkat isu-isu masa lalu yang dilupakan atau yang tertinggal oleh kebudayaan modernisme. Ruang lingkup posmo meliputi agama, kebudayaan, gender, lingkungan bahkan Tuhan.

Gagasan posmo juga menjadi sebuah gagasan bagi intelektualitas bidang kesenian sehingga banyak seniman yang membicarakan posmo dalam manifestasi karyanya begitupun bidang arsitektur.

Ketidakyakainan terhadap modernisme adalah kunci terlahirnya posmo. Modernisme menjanjikan kehidupan yang bahagia dan damai namun pada kenyataannya semua berakhir pada kegagalan, perang terus ada dan kemajuan teknologi malah membuat kemunduran moral manusia. Untuk itulah kehadiran posmo ibarat pencerahan bagi gelapnya dunia modernisme.

Namun, istilah posmo dan definsi posmo itu sendiri masih menyisahkan banyak perdebatan. Ditayangan selanjutnya ditampilkan beberapa filsuf atau pemikir postmodernisme. Yang pertama adalah filsuf jerman yang terkenal dengan diktumnya "Tuhan telah mati" yaitu Frederich Nietzsche. Ada juga bapak dari Perancis, seorang ahli semiotika Rolland Barthes. Seorang dekonstruksi ada Derrida. Tokoh pergerakan kaum feminis, yaitu Simmon De' Beavouir dan kekasihnya Jean-Paul Sartre. Masih banyak lagi tentunya para pemikir posmo.

Segera matikan tayang anda, dan mulai lihat sekeliling anda. Bangunan ini dibikin dengan gaya arsitektur Brutalisme. Itu juga merupakan gaya arsitektur orang-orang posmo. Beton dan warna gelapnya merupakan ciri khas gaya brutalisme.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline