Lihat ke Halaman Asli

Irfan Suparman

Fresh Graduate of International Law

Mimpi Anarchy Society Desolusi: Kritik/Manifesto 4.0

Diperbarui: 23 Juni 2020   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap manusia memiliki mimpi dan setiap mimpi adalah caranya untuk bertahan hidup karena harus mewujudkan mimpi-mimpi.

Sekarang, apakah kamu memiliki mimpi? ,mimpi menjadi pengusaha kaya raya lalu menjadi orang yang dermawan? Itukah mimpimu? Mimpi kebanyakan orang yang  terbius oleh halusinogen dari paham kapitalisme.

Setelah mengeksploitasi alam dan membuat berbagai bencana dan kesenjangan sosial yang tinggi lantas kamu ingin menjadi seorang dermawan.

It's not my bussines, jika kamu memimpikan itu. Memang pada awalnya kapitalisme diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat namun pada kenyataannya kesenjangan sosial dan kelas semakin tinggi.

Untuk menjadi kelas yang paling tinggi kamu harus merangkak dengan penuh tekad dan keyakinan yang kuat walau pada akhirnya usaha dan angan-angan itu gagal, bisa jadi karena bencana alam, perang atau pandemi.

Semua itu tak akan terwujud kalau kamu mengangankan dominasi kelas itu. Setiap manusia berhak mimpi tapi setiap mimpi berhak tahu kenyataan.

Pandangan radikal tentang sebuah tatanan yang ideal mendarah daging di dalam pikiran dan menjelma pada ucapan yang menjadi buih kosong.

Degradasi moral terus merosot seiring perkembangan teknologi semakin maju, modernisme tak kenal lelah mencari solusi untuk memecahkan masalah menjadi masalah baru yang harus diselesaikan.

Peralatan canggih yang cepat rusak membuat kejokenmodiner machine baru yang menjadi bangkai-bangkai yang tidak bisa dioleh dan menjadi penyakit bagi bumi. Kapitalisme merebak dan dicita-citakan penduduk dari low class sampai upper class society.

Kehidupan urban yang majemuk tidak terlepas dari segregasi dan menciptakan post-primordialisme yang mengagugkan kelompoknya sehingga menimbulkan prasangka kelompok.

Problemnya adalah ketika primordial menjadi minor ditengah masyarakat yang majemuk namun stereotipe melekat pada masyarakat urban membuat opresi moral terhadap mereka yang minor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline