Lihat ke Halaman Asli

Irfan Maulana

Buku Dan Pena Adalah Sahabat Saya

Harga Kedelai yang Tinggi, Pengusaha Tempe Tahu Merugi?

Diperbarui: 7 Januari 2021   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Harian Kompas dan Kompas.Com

Awal tahun 2021 ini kita dikejutkan oleh harga kedelai yang naik , dan inilah yang menjadi perhatian bersama terutama bagi para pengusaha tempe tahu maupun pedagang gorengan hingga pengusaha warung makan seperti warteg. 

Selain itu, para pekerja dan pengusaha tempe tahu akhirnya mogok tidak berproduksi dan beberapa hari yang lalu membuat tempe tahu sulit dicari di pasaran.

Seperti diketahui bersama, Indonesia merupakan importir kedelai terbesar kedua setelah China atau Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai eksportir kedelai terbesar di dunia. 

Dampak kenaikan kedelai juga diakibatkan oleh badai La Nina yang sempat menjadi perbincangan berita-berita di Indonesia maupun dunia, sehingga jumlah produksi juga ikut menurun yang sehingga harganya menjadi tinggi dan melambung naik.

Dikutip data dari Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (AKINDO) menunjukkan stok kedelai digudang importir sekitar 450.000 ton. "Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000 - 160.000 ton per bulan, stok itu seharusnya masih cukup untuk 2-3 bulan mendatang".

Kini, baik tempe maupun tahu sudah kembali hadir di pasaran begitu juga dengan penjual gorengan yang sudah kembali menjual gorengan tempe tahu. 

Sumber : Dokumentasi pribadi

Meskipun demikian, masih ada beberapa penjual tempe tahu yang menjual murah dan sesuai seperti biasanya yaitu dengan harga 5 ribu rupiah dan ukurannya tidak berubah. 

Dan, saya pun sempat sedikit wawancara juga dengan salah satu penjual gorengan di daerah Sukatani Rajeg Tangerang Banten yang mengatakan "Ukuran nya tidak berubah, kami tetap menjual dengan harga yang sama, supaya kami tidak merugi dan tidak mengecewakan pelanggan". Dan ia juga mengatakan "Ya, rugi gak untung juga Alhamdulillah tapi hanya sedikit". Terangnya .

Terlebih lagi dimasa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini yang membuat omset penjualan berbagai komoditi menjadi turun bahkan anjlok yang akhirnya membuat perusahaan atau penjualan mengalami kebangkrutan. 

Selain itu, yang sebelumnya bisa produksi dalam jumlah banyak juga akibat pandemi Covid-19 ini juga yang membuat para pelaku bisnis maupun usaha mengurangi bahkan merumahkan para karyawannya yang sehingga jumlah PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja maupun pengangguran semakin banyak di Indonesia.

Kita kembali lagi pada persoalan tempe tahu, saya pun sempat melihat beberapa pembeli gorengan yang masih mencari gorengan seperti tempe dan tahu. Itu artinya, gorengan seperti tempe dan tahu tetap  banyak yang dicari masyarakat dibandingkan dengan gorengan lainnya. Dan harganya pun tidak berubah yaitu seribu rupiah untuk satu gorengan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline