Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Dengan Apa Bertahan Hidup (Seri Hari Hari Puisiku #127)

Diperbarui: 8 Maret 2025   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dengan apa bertahan hidup dokpri eko irawan untuk seri hari haripuisiku#127 Maret 2025

Puisi : Dengan Apa Bertahan Hidup ?
(Seri Hari Hari Puisiku #127)
Ditulis Oleh Eko Irawan

Apa aku layak dipanggil penyair.
Panggung ku tak dikenal.
Penggemarku siapa.
Ada dimana, untuk apa, Tak tahu.
Sungguh aku kalah dengan pengamen.
Receh tapi nyata.

Penyair kok cengeng.
Mengeluh bukan gaya sejati.
Sambat, protes tak dianggap.
Kata kata ini tak bisa buat beli beras.
Hadir apa nanti menghibur,
apa kelak ada yang undang.
Apresiasi saja sudah senang, apalagi.....

Idealis wajib.
Gurat syair, sajak orang frustasi.
Siapa mau ngerti, Siapa mau paham.
Kadang ditonton, kadang tidak.
Kadang didengar, kadang tidak.
Kadang dinikmati, kadang lewati,
lewati, lewati.......

Sang penyair kesepian.
Tak menarik, tak bertaring.
Marah malah dianggap sinting.
Tak ada rindu, tak kenal kangen.
Mari tunjukan diri, kenalkan karya.
Berdiri disini suguhkan eksistensi.

Bukan Mimpi disiang bolong.
Berhenti malah ditertawakan.
Tak lucu, tak dianggap, tak ditanggap.
Sang Penyair Mblarah.
Dari pinggir dunia tak dikenal.
Lalu, dengan apa bertahan hidup ?

De Huize Mblarah, 8 Maret 2025
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 127

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline