Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Iqbal

TERVERIFIKASI

Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Cerpen: Perspektif Fiktif

Diperbarui: 6 Mei 2021   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Johannes Plenio dari Pexels

Dia menghampiri ku dan berkata "kamu dalam masalah, seekor katak itu kerabat mu" dengan menunjuk kepada seekor katak yang sedang kebingungan mencari jati dirinya dan bahkan dia sendiri mungkin tidak sadar bahwa dia adalah seekor katak.

"Iya, dia memang salah satu anggota kerabat ku" sahut ku dengan nada datar.

"dia telah berkata kasar dan kerabat ku mendengarnya di balai rumput dan mengadukannya kepada ku" jawab seekor katak betina yang manis.

"apa maksud mu, aku tidak mengerti" aku segera memotong ucapannya.

"dia dalam masalah, seorang kerabat ku mendengar dia mengatakan kata-kata yang tidak pantas diucapkan" betina ini seolah-olah memaksa ku untuk mengamini perkataannya dan menggiring opini untuk menyalahkan kerabat ku.

"apa yang dia katakan??" dengan rasa penasaran aku ingin tahu semua duduk permasalahan yang terjadi.

"kodok bangkong" dengan mengangkat kedua tangannya, seolah-olah betina ini ingin aku ikut terbawa emosinya.

"kamu bilang tadi di balai rumput?" aku berusaha mepertegas ucapan katak betina yang manis itu.

"iya, dan kerabat mu itu mengatakn kodok bangkong disana dan didengar oleh kerabat ku" tukasnya dengan sangat antusias.

"hi katak betina yang manis, apakah kamu tahu apa itu balai rumput?" rasa penasaran ku semakin menjadi-jadi, apakah katak betina ini tidak pernah mendegar atau bahkan singgah di balai rumput, tapi mengapa katak betina itu sangat antusias mengadukan permasalahan ini dengan sebuah bukti di balai rumput.

"aku tidak tahu balai rumput dan belum pernah singgah kesana" sahutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline