Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Sotong Pangkong: Cemilan Khas Pontianak yang Dipukul dengan Palu

Diperbarui: 26 Januari 2021   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sotong yang sudah dikeringkan, namun belum dipanggang | Foto diambil dari Tribun Travel

Sebelum disambut dengan wangi sotong yang dipanggang, Anda akan disambut terlebih dahulu dengan suara toktoktok yang kencang dari palu yang dipukul. Jangan salah kira jika suara palu yang dipukul itu berasal dari tukang dekat sana, melainkan dari warung yang menjual sotong pangkong. Siapa sangka ternyata palu yang biasa digunakan untuk memaku atau menempa logam ternyata di Pontianak digunakan sebagai alat penting untuk membuat sotong pangkong.

Selain hidangan terkenal dari Pontianak seperti choi pan, kwetiau goreng, ataupun nasi campur, terdapat satu hidangan yang unik, namun jarang dikenal di luar Pontianak. Hidangan tersebut ialah sotong pangkong yang merupakan salah satu kuliner malam yang berasal dari dan hanya bisa ditemukan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Sama dengan hidangan ikan asam pedas khas Pontianak, sotong pangkong juga sudah diusulkan oleh pemerintah daerah ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menjadi warisan budaya tak benda, namun masih belum ditetapkan oleh pemerintah. 

Sotong pangkong berasal dari bahasa Melayu, di mana "sotong" berarti jenis makanan laut yang merupakan saudara dari cumi-cumi, dan "pangkong" yang berarti memukul dengan palu.

Sotong pangkong termasuk dalam salah satu kuliner malam musiman, karena paling banyak dijual saat bulan Ramadhan sebagai cemilan berbuka puasa. Salah satu kawasan Kota Pontianak yang terkenal akan sotong pangkongnya adalah di Jalan Merdeka.

Anda bisa menemukan puluhan gerobak jualan sotong pangkong di sepanjang jalan ini. Penjual sotong pangkong biasanya mulai berjualan kisaran pukul 16:30 WIB hingga pukul 01:00 WIB, dini hari.

Jika di luar waktu tersebut, Anda tetap dapat menemukan penjual sotong pangkong, tetapi tidak sebanyak ketika bulan Ramadhan. Peminatnya juga berkurang, sebagaimana sotong pangkong memang diasosiasikan sebagai makanan untuk berbuka puasa.

Sebelum dipukul, sotong pangkong harus melewati beberapa tahapan terlebih dahulu. Sotong yang ditangkap oleh nelayan tidak langsung dipanggang, melainkan dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa hari di bawah sinar matahari yang menyinari kota yang dilewati garis khatulistiwa ini.

Sinar matahari yang terik tersebut akan mengeringkan sotong hingga bentuknya menjadi gepeng. Sotong kering ini bisa disimpan untuk waktu yang lama.

Sotong yang sudah dipanggang, dipukul dengan palu | Foto diambil dari Kompas/ Yohanes Kurnia Irawan

Sotong kering yang gepeng ini akan dimasak oleh para penjual sotong pangkong. Sebelum dipangkong pun, sotong masih harus dipanggang di atas bara api hingga matang. Sebenarnya sotong yang belum dipangkong ini pun sudah bisa dimakan, tapi tekstur dagingnya sangat alot. Dengan cara dipukul dengan palu, daging sotong menjadi pipih dengan serat-serat yang dapat dengan mudah dikunyah.

Untuk harga satu porsi sotong pangkong juga tergantung dari ukurannya, dimulai dengan harga Rp10.000 untuk sotong yang paling kecil ukurannya. Untuk menikmati sotong pangkong ini biasanya dimakan dengan lesehan di atas tikar yang menutupi trotoar aspal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline