Libur lebaran biasanya diisi dengan silaturahmi bersama keluarga tercinta. Saling bermaaf-maafan, berkumpul bersama saudara, mengunjungi makam untuk mengenang anggota keluarga yang telah meninggal, sampai pergi rekreasi bersama. Salah satu kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan adalah menonton film bersama keluarga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan sekaligus alternatif hiburan yang menyenangkan. Salah satu film yang cukup dinanti dan cocok untuk ditonton oleh semua umur baik orang dewasa maupun anak-anak adalah film animasi Jumbo.
Film animasi Jumbo ini dirilis persis di hari pertama lebaran yakni tanggal 31 Maret 2025 lalu. Film animasi karya Visinema Pictures ini menceritakan tentang Don (Prince Poetiray), seorang anak laki – laki yang berusaha membuat pertunjukan buku dongeng peninggalan Ayah (Ariel Noah) dan Ibunya (Bunga Citra Lestari). Sayangnya, ada saja yang mengejek dan meremehkan mimpi Don. Termasuk salah satu temannya, Atta (Muhammad Adhiyat), yang mencuri buku dongeng Don. Untungnya, Don selalu punya Oma (Ratna Riatiarno), serta sahabatnya yang bernama Nurman (Yusuf Ozkan) dan Mae (Graciella Abigail) yang selalu ada. Mereka pun bertemu dengan Meri/Maria (Quinn Salman), seorang anak perempuan dari dunia lain yang berusaha untuk mencari kedua orang tuanya. Film ini diproduksi sekitar 5 tahun dan disutradarai oleh Ryan Ardhiandy seorang komika yang kini lebih fokus dalam mengembangkan animasi di Indonesia.
Dari segi cerita, film ini memiliki dua cerita yang berbeda. Yakni cerita Don yang ingin membuktikan dirinya bahwa dia bisa menjadi juara supaya tidak diejek oleh teman-temannya lagi. Serta cerita misterius mengenai Meri, hantu perempuan kecil yang berusaha untuk membebaskan kedua orang tuanya dari sosok menyeramkan. Untuk alur dalam film ini bisa dibilang agak lambat di pertengahan cerita. Namun itu semua dilakukan agar kita memahami karakteristik masing-masing tokoh dengan santai dan tidak terburu-buru. Unsur bullying, dalam film ini begitu terasa di awal film sehingga membuat kita bersimpati kepada Don sang karakter utama yang kerap dihina teman-temannya. Seiring berjalannya cerita, kita akhirnya mampu mengerti bahwa Don tidak sepenuhnya benar dan juga bisa salah. Hal ini cukup baik untuk membuat tokoh protagonis secara natural karena mereka menempatkan bahwa tokoh utama yakni Don bukanlah Hero/pahlawan. Melainkan anak-anak biasa yang kadang bisa benar bisa juga salah.
Official trailer film jumbo (dok: Visinema Pictures)
Untuk segi supranatural yang digambarkan melalui sosok Meri cukup baik. Tokoh Meri digambarkan tembus pandang, bisa terbang, dan berpindah dengan cepat karena dia bukanlah anak-anak biasa. Melainkan sosok hantu yang seharusnya sudah beristirahat dalam damai bersama kedua orangtuanya. Alur pertemuan dan petualangan Meri bersama Don, Nurman, dan Mae agak cepat namun tetap terasa rapi. Tokoh Atta diawal film digambarkan sebagai sosok anak yang nakal dan menyebalkan perlahan menjadi baik karena alasan yang kuat yakni untuk menyelamatkan kakaknya dari sosok misterius yang juga mengincar Meri.
Memaknai Kehilangan lewat Film Jumbo
Sosok anak-anak dalam film jumbo digambarkan tumbuh dalam keluarga yang tidak sempurna. Misalnya tokoh Don yang digambarkan tinggal hanya bersama Omanya karena kedua orangtuanya telah meninggal. Tokoh Atta hanya hidup berdua dengan kakaknya Acil. Serta tokoh misterius yang juga telah kehilangan sosok tersayangnya. Perbedaan yang cukup menarik adalah tentang bagaimana mereka merespon atas kehilangan yang dimiliki. Misalnya tokoh Don yang sangat menyukai buku dongeng pemberian kedua orangtuanya karena merupakan benda yang sangat istimewa tetapi di akhir cerita mampu mengikhlaskannya demi menolong temannya. Tokoh Atta yang diawal menyebalkan tetapi itu semua disebabkan karena tuntutan hidup. Yakni harus hidup berdua dengan kakaknya tanpa sosok orangtua padahal dirinya masih kecil. Namun akhirnya Atta mampu berdamai dan sadar bahwa dia harus tetap bersyukur di tengah kekurangan yang dia miliki. Serta sosok jahat yang juga kehilangan seseorang tetapi memilih jalan berdamai yang berbeda. Yakni dendam dalam menghadapi kesedihannya sehingga dia berpikir bahwa semua orang tidak berhak untuk bahagia. Dikemas dengan apik dengan alur cerita yang manis. Tetapi ada yang ingin saya kritik mengenai sosok jahat ini. Yakni dia kurang mempunyai motivasi dan tujuan yang jelas mengapa dia harus repot-repot melakukan semua itu. Seolah ada plot hole yang agak mengganggu dan kurang lengkap disajikan di dalam cerita.
Kualitas animasi yang tidak kalah dengan produk animasi dari luar negeri
Dari segi kualitas animasi, saya bisa katakan bahwa animasi Jumbo tidak kalah dengan animasi luar negeri. Mulai dari penggambaran karakter yang lucu namun tetap humanis. Desain tekstur yang sangat detail baik dari wajah, baju, serta penggambaran lingkungan yang terkesan sangat hidup dan indah. Mimik ekspresi yang terlihat emosional dan natural. Pergerakan yang smooth dari satu scene ke scene yang lain. Hingga visual efek yang cukup memukau dan memanjakan mata. Skoring musik dalam film ini juga cukup apik. Pengisi suara yang kebanyakan adalah penyanyi dilengkapi lirik-lirik lagu yang sederhana namun mendalam, mungkin yang membuat musik dalam animasi ini sangat merdu dan terkesan hidup. Perjuangan selama 5 tahun dengan jumlah animator lebih dari 400 orang di seluruh Indonesia terbayar lunas dengan sajian animasi yang luar biasa dan membanggakan.
Film Jumbo adalah bukti bahwa anak-anak Indonesia bisa menghasilkan karya animasi yang baik dan luar biasa asalkan didukung dengan sumber daya yang cukup. Saya juga berharap ke depannya Indonesia juga bisa menghasilkan berbagai karya animasi lain yang membanggakan, mendidik serta menghibur. Semoga dengan kehadiran film Jumbo ini bisa memberikan warna baru dalam dunia perfilman di Indonesia.