Jika melihat pemandangan di pantai-pantai di Indonesia nyaris tak ada bangungan yang menyatu dengan alam sekitar. Bangunan permanen menjulang tinggi dalam bentuk persegi yang masif.
Itu artinya bangunan-bangunan hotel tsb. sama sekali tidak mempnyai ciri khas bahkan berlawanan dengan kondisi alam sekitarnya. Bangunan hotel di bibir pantai bagaikan benteng penahan gelombang yang tidak bermakna terhadap lingkungan.
Padahal, sebagai bagian dari wisata bangunan yang serasi dengan alam menjadi pilihan utama wisatawan mancanegara (Wisman). Objek wisata yang ramah lingkungan merupakan bagian dari “Pesona Indonesia” yang merupakan kekayaan Nusantara.
Rumah Baduy
Nah, di Carita, Banten, di awal tahun 1980-an ada hotel yang dikembangkan oleh orang Jerman, Dr Axel Ridder. Dia ini ahli sejarah timur. Dia mendapatkan tempat yang sangat strategis di Pantai Anyer yaitu di relung bagaikan teluk yang menghadap persis ke gugusan Gunung Krakatau.
Dr Axel membangun hotel, dulu namanya Carita Beach Krakatau Hotel, dengan memanfaatkan alam sekitar yaitu memakai kayu dan atap daun nipah. Kamar-kamar hotel memakai papan, tempat tidur pun hanya dipan. Bangunan berolong dan teras. Menurut Dr Axel rumah itu prototype Rumah Baduy. Suku Baduy adalah salah satu suku asli di Indonesia, hidup di kawasan Baduy di Kab Lebak, Banten, yang masih mempertahankan kehidupan mereka yang menyatu dengan alam.
Tapi, kamar mandi modern, “Ya, kamar mandi merupakan kebutuhan utama wisatawan asing,” kata Dr Axel waktu itu. Maka, tidak mengherankan kalau kamar mandi berlantai dan dinding marmer ada pula pemanas air dan shower.
Rumah-rumah Baduy itu jadi kamar bagi tamu. Rumah-ruma dibangun di antara pepohonan sehingga tidak merusak lingkungan. Tiang rumah pun dari kayu sehingga tidak merusak pantai berpasir.
Begitu turun dari rumah melalui tangga kayu langsung menginjak pasir pantai. Jarak rumah ke pantai pasang surut sekitar 25 meter. Pantai yang landai dengan deburan ombak menjadi hiburan tersendiri bagi Wisman di malam hari.
Bentuk rumah dan suasana menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara (Wisman). “Tamu kita 100 persen orang bule, Pak,” kata seorang karyawan. Tidak ada hingar-bingar musik. Ada pojok yang menyediakan buku bacaan dan novel berbahasa Inggris. Buku dan novel disewakan.
Suata hari Dr Axel menelepon penulis. “Tolong dibantu supaya jaringan telepon masuk ke hotel kita,” ujar Dr Axel dari kantornya di sekitar Bundaran HI. Telepon amat perlu karena mereka hanya bisa berkomunikasi dari Jakarta ke hotel melalui alat komunikasi SSB. “Repot sekali, apalagi cuaca buruk,” kata Dr Axel mengeluh.