Lihat ke Halaman Asli

Bukan Review Breaking Dawn

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mumpung masih hangat, iseng-iseng pengin mengomentari film Breaking Dawn yang baru kutonton. Namanya mengomentari, bukan mereview, tentu jauh dari keilmuan yang harus dipunyai oleh seorang reviewer, apalagi kritikus.
Awalnya, aku berniat menonton Sang Penari. Ronggeng Dukuh Paruk adalah buku terbaik yang pernah kubaca dan kupunya sepanjang masa. Adaptasinya ke dalam film jelas sangat membuatku penasaran. Namun, karena baru akan diputar setengah jam dari kedatanganku ke 21, sementara aku tak mau menunggu maka rencana kualihkan ke pintu 1 yang memutar Breaking Dawn. Sequel sebelumnya cukup aku tonton via VCD sewaan.
Mencari tempat dudukku di kegelapan, penerangan dibantu oleh sinar dari layar yang menayangkan bagian awal film, percakapan Bella n Edward Cullen. Entah sudah berapa menit aku ketinggalan.
Seperti yang kubaca, lulus sekolah si Bella ngotot ingin menikah. Kalau tidak salah usianya 18 tahun. Temannya sampai mengira dia sudah hamil (dan tentu saja tak berniat menggugurkan) karena tak lazim di negara Paman Sam usia segitu menikah.
Bagian awal cerita, hampir sepertiga kurasa (sampai aku bosan) berisi adegan percintaan Bella Swan dan Edward Cullen. Adegan ciuman yang cukup panas sering kali ditampilkan. Merasa kurang hot, si penulis script (dan sutradara tentunya) menampilkan si Bella tanpa busana (awalnya kukira topless saja) di adegan honeymoon mereka di pulau Esme. Meski di-shoot dari jauh, ya tetap aja berasa hotnya.
Seperti kesan yang kudapat dari membaca novelnya, film ini sama membosankan. Mungkin karena terlalu banyak porsi ciuman, percintaan, dan adegan mesra-mesraan itu tadi. Aku memutuskan nonton ini karena asli penasaran dengan si Renesmee yang digambarkan cepat besar. Ternyata, dari novel yang terbagi menjadi 3 bagian ini (masing-masing diceritakan dari sudut pandang 3 tokohnya) dibuat dua film. Breaking Dawn part 2 baru akan dirilis 2012.
Yang lumayan menghibur buatku adalah soundtrack filmnya. Juga lanskap hutan dan pulau Esme yang eksotik.
Jika kupikir-pikir lagi, kecewaku itu karena aku menonton film ini secara buta, tanpa membaca review sebelumnya. Hanya berbekal membaca novel yang banyak kulewati halamannya lebih dari satu setengah tahun lalu. So, jika Anda sudah siap dengan banyaknya adegan buka-bukaan dan mesra-mesraan plus tak mengharapkan konflik yang tajam yang melibatkan keluarga besar Volturi, bolehlah nonton film ini. Hanya, please, hindari mengajak mereka yang belum menikah. Apalagi yang belum baligh. Forbidden poll!
Tanah Baru, 19/11/’11




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline